Apriyan Sucipto

Apriyan Sucipto
Rimba Raya

Friday, May 22, 2020

Cerita Silat Pendekar Manja

Cersil..  (Cerita Silat)



Pendekar Manja.. Bukan Mandi Jarang lho hehe.. Tapi Maybe Mata Keranjang.. Hbz g biz Liat Pendekar2 Cantik sie hahaha..

Hmmz saat ini Pendekar Manja lg ngeluarin jurus Colek.. Jurus ini sebuah jurus yg sederhana yg hanya menggunakan satu buah jari.. Klo Jurus Like biasa nya pake Jari Jempol, nah klo jurus colek pake jari telunjuk..

Jurus ini jurus totokan satu jari.. Tergantung cara menggunakannya, klo lg tak marah bisa jd totokkan mesra. Atw klo menggunakan dua jari,, telunjuk dan jari jempol, biz jadi cubitan Gemes hahaha.. Jurus ini jurus yg ramah..

Beda dengan klo Pendekar qta hanya menggunakan sebuah jari Jempol aja.. Itu biz jd jurus yg ganas lho..  Walaupun sebenarnya ini jurus yg digunakan untuk berbagi..

Totokkan jempol ini biz mengeluarkan Jurus delete.. Atw jurus remove n blokir.. Blokir ya.. bukan Bokir hahaha.. Jurus ini g kejam tapi tegas buat teman yg tak mau berbagi.. BerkelebAtttt  wkwkwkwkkk...

Repost ; Jacky, Bengkulu

Pahlawan Indonesia dari Maguwoharjo, Yogyakarta.



Komodor Suryadi Suryadarma saat di Pangkalan Udara Maguwo tanggal 22 Desember 1948 sesaat sebelum diberangkatkan ke pengasingan.

Ada kisah menarik terselip di balik serangan Belanda terhadap Pangkalan Udara Maguwo dan Kota Yogyakarta.

Yaitu, pertemuan dua orang sahabat. Namun karena situasi dan kondisi pada saat itu, mereka harus berhadapan sebagai lawan. -
Seorang perwira KST bernama Kapten A.L Cox memiliki kesan yang tidak terlupakan saat dia bertemu sahabatnya di Yogyakarta, yaitu saat Komodor Suryadi Suryadarma akan menjalani masa sebagai tawanan Belanda bersama Presiden, Wakil Presiden dan para pimpinan Republik Indonesia lainya. -
Pada tanggal 22 Desember 1948 saat mereka dibawa ke Pangkalan Udara Maguwo untuk menuju tempat pengasingan (hal tersebut baru diketahui setelah pesawat yang membawa mereka mendarat di Sumatera), seorang perwira penerbang Belanda menghampiri Suryadi Suryadarma dan menyalaminya. -
Ternyata orang tersebut adalah Kapten A.L Cox, kawan sekamar Suryadi Suryadarma semasa di KMA Breda dan yang pernah mendidik Suryadarma untuk belajar terbang. A.L Cox juga berulang kali mengajukan permohonan ke komandannya agar Suryadarma dapat mengikuti tes terbang meskipun selalu ditolak. -
Di dalam memoarnya, A.L Cox berkisah, saat dia bertemu Suryadarma di Pangkalan Udara Maguwo pada bulan Desember 1948:
-
“Kegembiraan kemenangan kita pada waktu itu (saat menyerbu Yogya) menjadi kesedihan karena aku harus berhadapan dengan sahabatku Suryadi, yang karena perkembangan politik, kita harus berhadapan sebagai musuh…”
-
Dikutip dari buku "Palagan Maguwo: Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-1949)"

JOKOWI Menyiapkan Masa Depan



Tahu gak, pada 2045 nanti jumlah anak muda di Indonesia 70% dibanding warga yang usianya lain. Mereka usia produktif. Tenaganya masih segar. Semangatnya membara. Dan membutuhkan aktifitas ekonomi.

Mereka dilahirkan di zaman internet. Terbiasa dengan aktifitas online. HP adalah dunianya. Kita mengenalnya sebagai warga native di era digital.

Anak-anak di Cikaso, Jabar mulai terbiasa berkomunikasi dengan anak-anak di Chicago, AS. Mereka berinteraksi via media sosial. Via game online, sejenis PUBG. Atau jaringan internet lainnya. Seluruh dunia akan benar-benar menjadi desa global.

Pada saat yang bersamaan, ekonomi antar negara juga membuka peluang. Seorang pengusaha UMKM di Inderamayu bisa menjual produknya secara langsung dengan pembelinya di Venice tanpa harus bertemu muka. Begitupun kita. Bisa membeli barang dari Wuhan.

Pada satu sisi peluang begitu terbuka. Pada sisi lain, persaingan juga akan semakin keras. Semua produksi akan menggunakan standar dunia. Karena pasarnya di seluruh dunia.

Tapi kita punya kekuatan. Jumlah tenaga produktif kita begitu melimpah. Sementara banyak negara maju yang penduduknya menua. Maksudnya jumlah penduduk tuanya lebih banyak dibanding anak muda. Akibatnya negara jadi kurang produktif.

Di saat jumlah penduduk muda mencapai puncaknya nanti, apa sih, yang paling penting disiapkan? Lapangan usaha. Pemerintah dituntut untuk membuka peluang sebesar-besarnya pada anak-anak muda itu untuk berkreasi. Mencari penghidupan. Memasuki dunia kerja. Atau menciptakan pekerjaanya sendiri dengan menjadi pengusaha.

Sebelum itu, tentu saja pendidikan dan keterampilan mereka harus ditingkatkan. Kemampuan bersaing secara global menjadi keharusan. Revolusi pendidikan yang sedang dijalankan Depdkbud sekarang harus dituntaskan. Kurikulum dirombak. Guru tidak lagi dibebani oleh tugas administratif yang segunung.

Sekolah-sekolah vokasi diperbanyak. Perusahaan-perusahaan besar didorong bekerja sama dengan kampus dan lembaga pendidikan. Agar kurikulumnya bisa tepat guna. Gak ngawang-ngawang lagi.

Mulai sekarang harus dipikrikan bagaimana meruntuhkan hambatan yang memungkinkan sebuah aktifitas ekonomi berdiri.

Mulai dari perizinan usaha, gak boleh lagi dibuat ribet. Sialnya persoalan izin usaha ini memang menjadi alat memeras. Sengaja dibuat ribet agar bisa mendapat sogokan. Ini harus dipangkas sampai ke akar-akarnya. Jangan ada lagi orang mau mendirikan usaha dibuat ribet.

Ini juga problem kita. Konsepsi otonomi daerah sering kebablasan. Setiap daerah merasa berkuasa atas daerahnya sendiri. Kepala daerah seperti raja-raja kecil. Birokrat maunya dilayani bukan melayani.

Presiden Jokowi melihat Indonesia masa depan. Bukan hanya memandang Indonesia saat ini saja. Dia bergerak menyiapkan infrastruktur. Ia mendorong pembenahan sektor pendidikan. Ia sering teriak, memudahkan perizinan usaha.

Tapi masalahnya, setumpuk peraturan dan UU produksi baheula sudah ada dan menjadi hambatan. Makanya Presiden memperkenalkan UU Omnibus Law sebagai UU Payung. UU ini fungsinya untuk memangkas segala keribetan yang ada akibat peraturan zaman lalu yang saling tumpang tindih.

Ada UU Cipta Kerja, UU Kemudahan Investasi, perubahan aturan Perpajakan dan sebagainya. Semua diarahkan agar negara hadir untuk mempermudah rakyatnya mencari penghidupan.

Jika tidak sekarang diselesaikan, kondisi bonus demografi nanti akan menjadi bumerang. Kita butuh sebuah aturan umum yang dapat menjawab tantangan kehidupan masa depan. Anak-anak muda produktif itu harus diberi ruang usaha yang memadai. Agar Indonesia bisa mengambil manfaat dari bonus demografinya.

Walhasil, kita memang tidak akan berubah menjadikan aktivitas suami isteri sebagai sekadar rekreasi. Tapi reproduksi juga ada konsekuensinya. Lapangan pekerjaan harus terbuka lebar. Disitulah pemerintah harus bisa menjadi pendorong. Bukan malah menjadi penghalang.

"Iya, mas. Konsep rekreasi dan reproduksi harus disatukan dengan adanya lapangan pekerjaan. Kalau gak, anak-anaknya akan keleleran. Masa jadi laskar demo doang," ujar Abu Kumkum.

Keleleran? Emangnya karung bocor!

(Eko Kuntadhi)

Thursday, May 21, 2020

Saya Kadang-kadang Terasa Sendirian



" Freeport 40 tahun dikelola oleh Amerika, sekarang sudah 51% kita ambil mayoritas. Tapi saya lihat, saya kok enggak ada yg demo didepan istana, demo mendukung saya, saya tunggu2 kok enggak ada demo mendukung.

Saya kadang-kadang merasa sendirian.
Apa saya, apa masih ada berpikiran ( saya ) antek asing ? Saya kadang berpikirnya seperti itu. Tapi saya selalu berprasangka baik saja ".
( Presiden Jokowi, 29/11/2018 ).

Presiden Jokowi manusia biasa, jadi wajar saja jika Presiden Jokowi kadang-kadang merasa sendirian, semua kerja keras tulus ikhlasnya untuk membangun bangsa dan negara Indonesia tidak dianggap ada, politik iblis selalu memutar balikan fakta dan data, Freeport, Blok Mahakam, Blok Rokan yg berhasil diambil alih dianggap angin lalu saja, sedangkan diktator Orba Harto yg menjual kekayaan negara ini tetap dipuja.

Presiden Jokowi yg jujur, ia dan keluarganya tdk pernah KKN, tetapi tetap saja yg dipuja puji diktator Harto yg mana ia beserta keluarganya telah menghisap kering darah rakyatnya sendiri, yg mana menjadi koruptor nomor satu dunia.

Presiden Jokowi pekerja keras, siang malam bekerja keras membangun bangsa, memajukan bangsa dan negara, sehari biasanya hanya tidur 2-3 jam saja, kelihatan wajah lelahnya yg matanya sipit lelah dan kantung matanya semakin membesar, tetapi sedikitpun tetap tdk pernah dihargai, meskipun sejuta Prestasi Presiden Jokowi, sebagus apapun pekerjaan/program Presiden Jokowi tetapi bagi mereka tdk ada satupun yg bagus, semua salah Jokowi, begitulah politik iblis yg penuh kebencian dan kedengkian.
5 tahun JK menjadi wakil dan menjadi musuh dalam selimut, dan sekarang ditengah pandemi C-19 ini JK malah menikam dari belakang.

Ditengah pandemi Corona Covid-19 ini, wajar aja kadang2 Presiden Jokowi merasa sendirian, semua program pro rakyat kecil dilecehkan oleh musuh2nya, program utk mengatasi pandemi C-19 ditertawakan, mereka sama sekali tdk pernah mendukung, malah yg mereka ributkan perkataan " Mudik dan pulang kampung ", mungkin hanya satu2nya didunia hanya ada dinegara kita yg mana ditengah pandemi C-19 yg diributkan/yg dibahas perkataan mudik dan pulang kampung, sedangkan negara lain siang malam berlomba dgn waktu untuk menemukan vaksin dan obat corona C-19, sedangkan masyarakat kadrun yg dibahas perkataan mudik dan pulang kampung, sangat memalukan, tetapi begitulah jika kebencian dan kedengkian sudah menyatu dgn darah, sedangkan hoax dan fitnah telah menjadi ayat suci mereka.

Pada awal negara kita mulai diserang wabah corona C-19, di TV sibuk nyuruh Presiden Jokowi mencontoh Singapura yg katanya sukses mengatasi C-19, pd acara Mata Najwa beberapa minggu yg lalu sibuk membahas Singapura yg katanya sukses mengatasi pandemi C-19, mereka sampai kesingapura sibuk membandingkan ketatnya/disiplinnya bandar udara singapura dan Indonesia, lalu Najwa, ILC, dll, menyerang cara penangan Presiden Jokowi terhadap wabah C-19, mereka bilang contohlah Singapura yg sukses menangani wabah C-19.

Pertanyaannya sekarang : Mengapa sekarang mereka beralih menyuruh contoh Vietnam dan bukan singapura lagi ? Karena sekarang Singapura menjadi negara pertama di ASEAN yg terinfeksi C-19 sudah tembus 10 ribu orang.

Sekarang mereka beralih ke Vietnam untuk menyerang Presiden Jokowi, begitulah iblis politik. Kita tidak tahu apakah Vietnam jujur atau tidak jujur dlm masalah data corona C-19, sama halnya dgn Korea Utara.
Vietnam dgn jumlah penduduknya 94 juta jiwa lebih, dimana menurut data yg beragam Budha sebesar 54,14%, yg Atheis sebesar 21,80%, Katolik 6,46%, Protestan 1,70%, Islam 0,70%, dan agama tradisional. Di Vietnam tidak ada PKS, HTI, FPI, MU.. , Amin R dan Said Iqbal.

Saya kadang-kadang merasa sendirian,
Presiden Jokowi tidak pernah sendirian,
Masih banyak rakyat Indonesia yg mencintai Presiden Jokowi, banyak yg mencintai dari pd yg membenci,
Presiden Jokowi tidak sendirian,
Kami tetap bersama Presiden Jokowi.
Tetap percaya dan mendukung.
Link asli :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=556379461748312&id=336707470382180
SALAM DAMAI.
ROF SIN.
🇲🇨💙🙏💚🇲🇨

KATA-KATA Inspiratif BAPAK PRESIDEN RI H. Ir. JOKO WIDODO




KATA-KATA Inspiratif BAPAK PRESIDEN RI H. Ir. JOKO WIDODO

"Saat orang berkata buruk tentang kita, padahal kita tidak pernah mengusik kehidupan mereka. Itu tandanya kehidupan kita lebih indah”

“Kehidupan adalah kerja dan cinta,. Itu harus kita jalani dengan sederhana saja”

"Bangsa Indonesia tidak ingin menjadi macan,. melainkan menaklukkan macan. Karena bangsa Indonesia tidak ingin ditakuti,. melainkan harus jadi bangsa yang disegani”

“Dalam memimpin, saya jadikan rakyat sebagai konsumen. Dan konsumen itu adalah raja,.!”

“Saat seseorang tak menemukan celah untuk mencari kesalahan kita, cara yang digunakan adalah fitnaah”

“Jika ingin lebih maju, maka rakyat juga harus bekerja sama. Bukan hanya mengulurkan tangan kepada pemimpin INI dan ITU”

“Dibutuhkan kepemimpinan yang mampu memecah keheningan,. menerobos dengan gebrakan, bukan yang monoton dan rutinitas sehingga membosankan”

“Memang baik jadi orang penting, tapi lebih penting jadi orang baik,. dan yang terpenting lagi,. jadilah orang penting yang baik”

“Melihat dengan mata kita. Mendengar dengan telinga kita. Berbicara dengan suara kita"

"Pemimpin rakyat lahir dari rakyat”
“Pemimpin adalah ketegasan tanpa ragu”
“Pemimpin itu harus bisa melihat hal kecil yang perlu diperbaiki”

“Kalau perkampungan membaik,. maka secara otomatis perkotaan akan membaik juga”

“Masa kecil saya adalah pembelajaran pertama tentang bagaimana untuk memahami kehidupan sebagai rakyat kecil”

“Kehormatan hidup itu ada ketika namamu melekat di hati orang-orang di sekitarmu dan kerjamu bermanfaat untuk mereka dan rakyat banyak”

“Jangan takut untuk mendobrak kebiasaan lama dengan cara dan pemikiran yang keluar dari pakem”

“Perubahan tidak akan pernah ada tanpa kemauan dan keberanian yang juga harus diiringi kebersamaan”

“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering kali, ketakutan kitalah yang membuat jadi sulit. Jadi, janganlah mudah menyerah"

“Ibadah yang berkualitas itu tampak dari perilakunya,. Rendah hati dan tidak emosional”

“Kalau kita ingin maju, ya harus berubah. Kalau mau berubah tapi diam saja, ya namanya MENGKHAYAL...!!

#Copas 😁

Wednesday, May 20, 2020

Dunia Industri Harus berani berinovasi, dan Masyarakat pun cinta akan produk produk dalam Negeri.



Dunia sedang beradu cepat dalam menangani wabah Covid-19. Kita harus menjawabnya dengan inovasi dan karya nyata. Dan melihat besarnya semangat inovasi anak-anak bangsa ini, saya optimistis bahwa hal-hal yang dahulu dianggap tak mungkin dan tak terpikirkan, kini bisa dilakukan secara mandiri. Saya bahkan berharap lebih jauh, bahwa kita mampu menghasilkan vaksin sendiri.

Saya gembira, lembaga Eijkman sudah mendapatkan data mengenai tujuh urutan genome lengkap yang sangat berguna untuk pengembangan vaksin. Saya juga senang komunitas peneliti terus bekerja untuk menemukan obat dan terapi yang efektif bagi pengobatan Covid-19.

Untuk itu, diperlukan kerja sama dan kolaborasi erat antarkekuatan anak bangsa. Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri, serta masyarakat harus saling bergandeng tangan untuk mewujudkannya.

Dunia industri harus berani berinvestasi, masyarakat juga mencintai produk-produk dalam negeri, dan kita terus-menerus memperbaiki ekosistem yang kondusif bagi bagi tumbuh dan berkembangnya inovasi dan industrialisasi serta mentalitas bangga kepada produk dalam negeri.

Ir. Joko Widodo

Signifikansi Nilai Kebangkitan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19

LP3ES



Rabu 20 May 2020
Oleh : Dahlan Iskan

Sudah lebih enam tahun saya puasa bicara BUMN di depan umum. Senin kemarin pecah telur.

Minggu lalu saya memang dalam kebimbangan besar. Mau atau tidak. Untuk berbicara di depan umum --dengan tema BUMN. Biasanya saya tegas saja: tidak mau.

Kali ini yang minta adalah LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Lewat direkturnya yang baru: Prof. Dr. Didik J Rachbini.

Sungguh kurang ajar kalau sampai saya menolak. Dan lagi menteri BUMN-nya kan sudah berganti. Saya merasa banyak kecocokan dengan Erick Thohir --menteri BUMN yang sekarang.

Dengan menteri yang lalu pun saya tidak punya masalah. Tapi rasanya tidak etis kalau saya mengomentari kebijakan pengganti saya. Saya pun memilih bersikap diam.

Memang sesekali saya menyinggung dalam tulisan. Tapi sangat terkontrol. Misalnya saat BUMN berhasil mengambil alih Freeport. Saya memberikan pujian.

Lalu soal blackout listrik akibat pohon sengon yang bergoyang di dekat Semarang.

Selebihnya saya selalu menolak undangan seminar. Juga menolak wawancara koran maupun televisi.

Tapi Senin lalu saya harus 'berkhianat'. LP3ES terlalu berarti bagi perjalanan hidup saya.

Peristiwanya terjadi tahun 1975.

Saat saya masih bujangan.

Umur saya baru 24 tahun.

Saya adalah reporter sebuah koran kecil di kota yang amat kecil: Samarinda. Korannya empat halaman. Terbitnya seminggu sekali. Sering juga tidak terbit.

Teknologi koran itu membuat saya bersyukur: bisa merasakan seperti hidup di tahun 1940-an. Penyusunan huruf di percetakannya persatu huruf.

Huruf itu terbuat dari timah. Huruf 'a' berkumpul menjadi satu di satu kotak. Demikian juga 'b', 'c' dan seterusnya. Lalu ada kotak-kotak lain untuk huruf besar.

Pegawai penyusun huruf itu sering tidak masuk. Itu memberi kesempatan pada saya untuk belajar menyusunnya secara benar.

Akhirnya bisa.

Saya sering tidak perlu menulis berita. Hasil wawancara langsung saya susun di tempat huruf-huruf itu. Saya juga bisa memutar mesin cetak yang masih menggunakan tangan.

Saya beruntung mengalami zaman paling belakang di teknologi cetak. Kalau ke museum --di Amerika, misalnya-- saya bisa menjelaskan bagaimana cara kerja benda kuno itu.

Setahun di koran itu saya mendengar ada pengumuman: LP3ES menyelenggarakan pendidikan wartawan muda --khusus dari daerah-daerah. Tujuannya: untuk mendorong demokratisasi di daerah-daerah --lewat pers yang maju.

Peminatnya banyak sekali. Lebih 1.000 orang. Tapi hanya 10 orang yang akan diterima. Seleksi pun diadakan di seluruh Indonesia.

Salah seorang pimpinan LP3ES datang ke Samarinda. Saya masih ingat namanya: Arselan Harahap. Kalau tidak ada 'Harahap' di belakang nama itu saya kira ia orang Jogja. Sopannya luar biasa. Halusnya sangat lembut. Mirip kehalusan pembawaan politisi Akbar Tanjung.

Saya lolos seleksi.

Saya harus ke Jakarta. Selama 3 bulan. Senangnya bukan main. Bisa melihat Jakarta.

Kami --dari Medan, Padang, Palembang, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Banjarmasin, Mataram dan Samarinda-- diasramakan di Wisma Seni, Taman Ismail Marzuki.

Malam hari kami dididik teori jurnalistik. Tempatnya di kantor LP3ES --saat itu di Jalan Jambu, Jakarta. Dari TIM kami berjalan kaki ke tempat pendidikan itu.

Pengajar jurnalistiknya Amir Daud --wartawan senior saat itu. Kami diawasi dari malam ke malam. Sesekali pimpinan tertinggi LP3ES meninjau kami: Nono Anwar Makarim (ayahanda Mendikbud sekarang) dan wakilnya, Ismet Hadad.

Siang hari kami disebar ke tempat praktik: dititipkan di koran-koran nasional. Siapa-magang-di-mana ditentukan lewat undian.

Sebelum undian saya berdoa keras: semoga dapat tempat magang di harian Kompas. Itulah koran paling bergengsi saat itu. Koran terbesar di Indonesia.

Kalaupun meleset, semoga di majalah TEMPO.

Ada doa tambahan: semoga jangan mendapat undian di harian PosKota. Yang terkenal sebagai spesialisasi berita kriminal.

Kompas dan TEMPO adalah bacaan saya setiap hari di Samarinda. Tiap habis maghrib saya ke agen koran: tidak sabar mendapat koran keesokan harinya.

Saya begitu mengidolakan wartawan-wartawan Kompas seperti Emmanuel Subangun dan Parakitri Simbolon. Saya hafal semua nama redaktur TEMPO dan wartawannya.

Nama seperti Salim Said, Syu'bah Asa, Putu Wijaya, George Yunus Adicondro hafal lengkap dengan foto wajah mereka. Apalagi unsur pimpinannya: saya dewakan.

Dan saya mendapat undian di Majalah TEMPO --alhamdulillah. Kantornya masih di Jalan Senin Raya 83. Di lantai atas sebuah toko.

Di TEMPO saya hanya akan 1,5 bulan. Akan ada rotasi. Saya harus pindah ke media lain. Diundi lagi.

Saya berdoa keras lagi: agar mendapat tempat di Kompas. Pokoknya jangan sampai di PosKota.

Arselan Harahap datang ke TEMPO. Untuk menjemput saya. Waktu magang di situ sudah habis.

Tiba-tiba Arselan marah sekali. "Anda tidak boleh dipindah dari TEMPO," ujarnya. "Pimpinan TEMPO minta agar Anda tetap di sini," tambahnya. "Ini merusak program LP3ES," gerutunya.

Saya diam saja.

Dalam hati saya senang sekali.

Hari berikutnya saya diberitahu oleh pimpinan redaksi TEMPO. "Saya minta Anda tetap di TEMPO," ujar Bur Rasuanto --nama aslinya Burhanuddin Rasuan. Rasuan adalah nama kampungnya di Ogan Komiring Ulu, Sumsel.

Bur adalah sastrawan besar. Novelnya, Tuyet, saya baca dua kali. Ia-lah yang menciptakan kata 'santai' menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. Konon kata itu ia comot dari bahasa di daerahnya.

Di masa tuanya almarhum Mas Bur --begitu saya memanggilnya-- menjadi dosen filsafat di Universitas Indonesia.

Senin lalu saya bertemu kembali dengan Arselan Harahap. Lewat Zoom. Masih bekerja untuk LP3ES. Lagi menyelesaikan buku tentang Bung Hatta.

Wajahnya masih sangat segar. Gaya Jogja-nya masih sangat lembut --ia alumnus Universitas Gajah Mada.

"Dahlan, Anda berkhianat dua kali," ujarnya sambil tertawa ngakak.

Yang satunya apa ya?

"Berdasarkan kontrak, Anda harus kembali ke Samarinda. Untuk memajukan koran di Kaltim," katanya.

Rupanya Arselan lupa.

Saya benar-benar sudah kembali ke Kaltim. Ke Samarinda. Tetap bekerja lagi di koran Mimbar Masyarakat --koran mahasiswa yang beralih ke koran umum.

Memang, ketika pendidikan di LP3ES itu berakhir Mas Bur minta saya: jangan pulang. "Anda di Jakarta saja. Anda memenuhi syarat jadi wartawan TEMPO," ujarnya.

Tapi saya menjawab bahwa saya terikat kontrak. Mas Bur ngotot. Tapi saya tidak mau. "Ya sudah. Anda pulang ke Kaltim tapi jadi wartawan TEMPO juga di sana," ujarnya.

"Bolehkah saya tetap merangkap di Mimbar Masyarakat?“ tanya saya.

"Boleh," jawabnya.

Besoknya saya pulang ke Samarinda. Sudah membawa kartu pers sebagai wartawan TEMPO. Gagahnya bukan main --menurut perasaan saya.

Begitulah. Kalau Senin lalu saya 'berkhianat' lagi, ceritanya seperti itu. Saya tidak senang, tapi apa boleh buat.

Sebenarnya masih ada satu 'pengkhianatan' lagi. Tahun kedua sebagai wartawan TEMPO saya 'berselingkuh'. Setiap hari saya menulis berita untuk harian Kompas.

Menunggu tulisan dimuat di TEMPO terlalu lama --maklum mingguan. Di Kompas begitu cepat prosesnya. Hari ini dikirim, besoknya sudah bisa dibaca.

Enam bulan kemudian, seorang redaktur Kompas ke Samarinda. Khusus untuk menemui saya. Ia minta saya monoloyalitas --hanya menulis untuk Kompas. Saya akan secara resmi diangkat sebagai wartawan Kompas.

Saya yang justru gementeran.

Saya mengalami kesulitan bagaimana bisa pamit dari TEMPO.

Justru saat itu saya menolak dikawini Kompas. Saya pun mengirim surat ke pimpinan TEMPO. Saya menceritakan perselingkuhan saya itu. Lalu minta maaf. Tobat. Sejak itu saya menyatakan kesetiaan seumur hidup pada TEMPO.

Bahwa kemudian saya tidak di TEMPO lagi sepenuhnya itu atas penugasan resmi dari TEMPO.

Semua itu karena LP3ES. Bagaimana bisa saya menolak untuk sekedar berbicara tentang BUMN --di Zoom.

Ampunilah.(Dahlan Iskan)

https://www.disway.id/r/942/lp3es


KEBIJAKAN PIMPINAN DAERAH MEMBANGUN KABUPATEN KONSERVASI

Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...