Taman Nasional Way Kambas (TNWK) terletak di Propinsi Lampung diantara 4°37′ – 5°16′ derajat lintang selatan dan 105 33′ -105 54′ derajat bujur timur dan berbatasan langsung dengan pantai bagian selatan pulau Sumatera yang menghadap ke Pulau Jawa.
Luas TNWK adalah 130.000 ha, sedangkan kawasan yang dimohon untuk diusahakan bagi pembangunan dan pengembangan Pusat Pengembangbiakan Badak Sumatera seluas 10.000 ha yang dibagi atas 2 blok, yaitu blok I seluas 9.500 ha meliputi kawasan diantara Way Kanan, Way Negara Batin dan batas selatan Taman Nasional, dan blok II seluas 500 ha yang meliputi kawasan pantai yang berada di muara Way Kanan.
Pada tahun 1996 Pusat Pengembangbiakan Badak Sumatera dengan nama Suaka Rhino Sumatera mulai dibangun didalam kawasan TNWK, Lampung. Suaka Rhino Sumatera ini adalah suaka pertama yang dibangun di Indonesia sesuai dengan rekomendasi lokakarya Pengembangan Suaka Badak Sumatera tahun 1994 di Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor. TNWK terpilih sebagai lokasi pertama dibangunnya SRS melalui proses penyeleksian terhadap beberapa kawasan yang potensial sebagai pusat pengembangbiakan badak sumatera, diantaranya adalah Sukaraja (TNBBS), Bangko-Jambi (TNKS), Air Seblat (TNKS), Sungai Lepan (TNGL) dan Way Kambas – Lampung (TNWK).
Suaka Rhino Sumatera (Sumatran Rhino Sanctuary) disingkat SRS adalah suatu upaya untuk menyediakan kawasan yang sangat luas dan lebih alami, yang diharapkan akan membuat badak sumatera berkembangbiak. SRS juga berperan sebagai pusat operasi perlindungan badak in-situ.
SRS dibangun di zona khusus (lain) TNWK dengan luas ±100 ha dari ±10.000 ha luas kawasan antara Way Kanan dan Way Negarabatin yang berfungsi sebagai lokasi konservasi in situ badak sumatera/ekoturisme.
SRS dibangun dan dikembangkan dengan konsep pengelolaan SRS yang terprogram dan terpadu secara semi in-situ. Walaupun tetap pada sebuah tempat yang dibatasi namun badak dipelihara sealami mungkin dengan kebutuhan yang jauh lebih alami dari pada waktu di kebun binatang. Pada lokasi SRS, badak dibiarkan hidup sendiri di areal masing-masing (10-20 ha) yang saling berhubungan ke center area sebagai lokasi pada masa kawin (setiap 20 – 25 hari/periode). Sistem ini meniru perilaku badak Sumatera di alam dimana ia merupakan satwa soliter, dan di SRS badak memiliki areal jelajah yang cukup luas, topografi habitat alami dan makanan yang cukup dengan variasi yang lengkap. Di sini juga diberikan daun dan buah tambahan agar kebutuhan makannya benar-benar terpenuhi. Campur tangan manusia sangat dibatasi tetapi badak tetap dalam pengawasan yang intensif, dimana pengamatan dilakukan sepanjang hari.
Di SRS yang utama diperhatikan adalah kesehatan badak, termasuk mempelajari bagaimana mempertahankan dan memonitor kesehatan tersebut, petugas harus mengetahui sedini mungkin kelainan atau gangguan sakit pada badak. Demikian pula halnya dengan upaya reproduksinya, selalu diupayakan ketepatan dalam waktu penggabungan atau perkawinan. Juga dalam pengambilan sampel (darah, urine dan feces) untuk diperiksa secara rutin dan cepat di laboratorium. Sejauh ini kondisi kesehatan badak yang ada di SRS sangat baik tanpa gangguan yang berarti. Untuk memonitor berat badan dilakukan penimbangan minimal sekali dalam seminggu.
Upaya lain dalam mengantisipasi penularan penyakit adalah dengan melakukan survey penyakit (diseases survelaince) di sekitar TNWK termasuk di desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan taman nasional setiap tahun.
Pemeliharaan sealami mungkin adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan reproduksi badak, sehingga mendekati kondisi normal seperti di habitat alaminya. SRS mencoba untuk mengungkap semua fakta informasi tentang badak sumatra secara ilmiah sehingga diharapkan menjadi pusat riset dan pengembangbiakan badak. Sehingga di masa depan diharapkan dapat menjadi sumber satwa untuk reintroduksi memperkuat populasi alam (in-situ). Tentu bila kawasan yang ingin direintroduksi terjamin aman dari gangguan kerusakan dan perburuan badak.
Di SRS, melalui berbagai penelitian tahap awal informasi tentang badak sumatera telah diperoleh, antara lain telah ada data perilaku harian (daya jelajah, makanan, aktivitas berkubang, dll), perilaku perkawinan (mengetahui tanda dan waktu penggabungan yang tepat, analisa sperma, ultrasound, dll) dan monitoring khusus kesehatan (pemeriksaan rutin dan laboratorium). Berbagai peneliti telah datang ke SRS dan melakukan beberapa penelitian anatara lain dari IPB, Unila, Cornell University, Ohio University, Assafiiyah, UNAS, dll. Informasi yang telah dikumpulkan sangat berguna untuk pemeliharaan badak yang tepat di habitat alaminya dan didapat pula pengetahuan yang lebih banyak tentang kehidupan badak sumatera.
Note:
Protocol Visits to Sumatran Rhino Sanctuary,
No comments:
Post a Comment