Apriyan Sucipto

Apriyan Sucipto
Rimba Raya

Sunday, May 17, 2020

Masjid Soekarno di Rusia

Kunjungan Soekarno Leningrad pada 1956 membawa berkah bagi muslim di kota itu.



MATA Presiden Megawati Sukarnoputri berkaca-kaca. Kisah tentang jasa mendiang Presiden Sukarno yang dibacakan Imam Besar Masjid Agung St. Petersburg, Zhapar N. Panchaev, membuatnya terharu, sewaktu berkunjung pada April 2003. Hampir 50 tahun lalu, Megawati –kala itu belum berusia sepuluh tahun– ikut rombongan ayahnya melakukan kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet, Agustus-September 1956.



Usai mengunjungi beberapa pabrik di Leningrad, rombongan Sukarno melanjutkan tur kotanya. Sewaktu melintasi Trinity Bridge, mata Sukarno terpaku pada bangunan biru berkubah di kejauhan. “Dalam taksiran Soekarno, bangunan itu jika sebuah masjid, mampu menampung lebih dari 3000 muslim bersembahyang berjamaah,” tulis Tomi Lebang dalam Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia.

Sukarno membatalkan beberapa acara yang sudah dijadwalkan demi mengunjungi bangunan indah itu. “Pada hari itu pula para tamu dari Indonesia mengunjungi masjid lokal,” tulis buku Perjalanan Bung Karno!

Sukarno mendapati kondisi bangunan yang dulunya masjid itu kumuh dan tak terawat. Pemerintah Uni Soviet menjadikannya gudang peralatan medis sejak Perang Dunia II pecah; sumber lain menyebut alih fungsi terjadi tak lama setelah Revolusi Oktober 1917.

Masjid Agung Leningrad (kini Masjid Agung St. Petersburg) yang jadi gudang itu didirikan komunitas muslim St. Petersburg setelah mendapat izin dari Tsar Nicholas II pada 1910 dan diresmikan tiga tahun kemudian. “Arsiteknya, Nikolai Vasilyevich, memadukan dengan cermat ornamen ketimuran dan mosaik biru turquoise pada kubah, gerbang masjid, menara serta mihrab imamnya. Tidak heran jika masjid ini lebih terkenal dengan nama Masjid Biru,” tulis Tomi Lebang.

Sebelumnya, muslim di St. Petersburg belum memiliki masjid. “Mereka pun menyewa apartemen untuk digunakan beribadah hingga pembangunan Masjid Agung St. Petersburg pada 1913,” tulis Michael Khodarkovsky dalam Bitter Choices: Loyalty and Betrayal in the Russian Conquest of the North Caucasus.

Soekarno sedih melihat masjid termegah Eropa di luar Turki itu dijadikan gudang. Dia mengutarakan kesedihannya kepada Khruschev saat keduanya kembali bertemu di Moscow beberapa hari kemudian. “Soekarno meminta masjid ini dikembalikan sesuai fungsinya,” ujar Panchaev, sebagaimana dikutip Lebang.

Sekira sepuluh hari usai kunjungannya, utusan Kremlin datang ke masjid itu dan mengatakan bahwa Masjid Agung St. Petersburg boleh difungsikan kembali sebagaimana mestinya. Meski Sukarno tak pernah membicarakan masjid itu kembali setelah pertemuannya dengan Khruschev, muslim St. Petersburg tak pernah melupakan jasanya dalam memfungsikan kembali masjid agung itu. Menurut diplomat di KBRI Moscow, M. Aji Surya dalam “Ngabuburit ke Masjid Soekarno di Rusia,” dimuat di travel.kompas.com, muslim St. Petersburg hingga kini tak pernah melupakan jasa Sukarno. Banyak Muslim setempat menyebut Masjid Agung St. Petersburg dengan Masjid Sukarno.

“Tanpa Soekarno mungkin masjid indah yang didirikan tahun 1910 ini sudah hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya,” ujar imam masjid, Mufti Ja’far Nasibullah. 

Indonesia-Rusia

Saturday, May 16, 2020

Presiden Jokowi: Pemerintah Ingin Masyarakat Produktif dan Aman dari Covid-19



JAKARTA - Presiden Joko Widodo menegaskan belum akan melonggarkan kebijakan PSBB yang berlaku di sejumlah daerah di Tanah Air. Namun Kepala Negara juga mengatakan pemerintah terus melakukan pemantauan berdasarkan data dan fakta di lapangan untuk menentukan periode terbaik bagi periode tahapan masyarakat kembali produktif namun tetap aman dari Covid-19.

“Kita harus sangat hati-hati. Jangan sampai kita keliru memutuskan. Tapi kita juga harus melihat kondisi masyarakat sekarang ini. Kondisi yang terkena PHK dan kondisi masyarakat yang menjadi tidak berpenghasilan lagi. Ini harus dilihat,” ujar Presiden Joko Widodo dalam pernyataannya di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 15 Mei 2020.

Lebih lanjut Presiden mengatakan, nantinya, masyarakat di Indonesia bisa beraktivitas normal kembali namun harus menyesuaikan dan hidup berdampingan dengan Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan bahwa terdapat potensi bahwa virus ini tidak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat.

“Informasi terakhir dari WHO yang saya terima bahwa meskipun kurvanya sudah agak melandai atau nanti menjadi kurang, tapi virus ini tidak akan hilang. Artinya kita harus berdampingan hidup dengan Covid. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan Covid. Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman,” kata Presiden.

Kepala Negara menegaskan, hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah dan menjadi pesimis. Justru dari situlah menjadi titik tolak menuju tatanan kehidupan baru masyarakat untuk dapat beraktivitas kembali sambil tetap melawan ancaman Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Berdampingan itu justru kita tidak menyerah, tapi menyesuaikan diri. Kita lawan keberadaan virus Covid tersebut dengan mengedepankan dan mewajibkan protokol kesehatan yang ketat yang harus kita laksanakan. Pemerintah akan mengatur agar kehidupan kita berangsur-angsur dapat kembali berjalan normal sambil melihat dan memperhatikan fakta-fakta yang terjadi di lapangan,” ucapnya.

“Keselamatan masyarakat tetap harus menjadi prioritas. Kebutuhan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan, itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru,” imbuh Presiden.

Kepala Negara yakin apabila masyarakat patuh terhadap imbauan pemerintah dan menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak aman, mengenakan masker, dan sering mencuci tangan dengan sabun di saat tahapan masyarakat dapat kembali produktif, maka akan dapat mencegah diri dari virus tersebut.

“Ini penyakit berbahaya, tapi kita bisa mencegah dan menghindarinya asal jaga jarak yang aman, cuci tangan setelah beraktivitas, pakai masker. Ini penting. Jadi dalam tatanan kehidupan baru nanti memang itu yang harus kita pegang,” tuturnya.

Adapun nantinya jika tahapan masyarakat produktif, aman dari Covid dapat diterapkan, berbagai sektor usaha sebagaimana dicontohkan oleh Presiden seperti rumah makan misalnya, dapat beroperasi kembali.

“Iya tentu saja nanti kalau sudah diputuskan, sektor-sektor usaha yang tutup dapat berangsur-angsur dibuka kembali. Tentu dengan cara-cara yang aman dari Covid agar tidak menimbulkan resiko meledaknya wabah. Saya ambil contoh misalnya rumah makan isinya hanya 50 persen, jarak antar kursi dan meja diperlonggar,” ucap Presiden.

Adapun tentang kapan pelaksanaan tahapan masyarakat produktif aman dari Covid ini akan dimulai, Presiden mengatakan akan terus melakukan evaluasi dan melihat data dan fakta seperti kurva positif Covid-19, kurva yang sembuh, dan kurva yang wafat, sebelum akhirnya membuat keputusan.

Jakarta, 15 Mei 2020
Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden

Website: https://www.presidenri.go.id
YouTube: Sekretariat Presiden

Friday, May 15, 2020

*Petani Bersimpuh di Kaki Bung Karno*



Kisah inspiratif yang mengharukan terjadi pada sekitar april tahun 1947.
Ceritanya berasal dari seorang petani yang bernama Pak Hamid yang berasal dari kabupaten sumedang jawa barat.

Beliau rela jalan kaki dari sumedang yang berjarak ratusan kilometer untuk menuju Yogyakarta.
Hal yang luar biasa itu Pak Hamid lakukan karena kecintaannya yang luar biasa pada bung karno yang telah memerdekakan bangsa indonesia.

Bahkan dalam perjalanannnya tersebut pak hamid juga membawa sedikit hasil ladangnya. Yakni ubi talas yang di bawanya dari sumedang untuk diberikan ke bung karno.

Perjalanan ini sebenernya selain karena rasa cinta dan terima kasih pak hamid untuk bung karno ia juga ingin memberi hasil ladangnya untuk soekarno di Yogjakarta.(saat itu ibukota indonesia pindah ke Yogyakarta karena batavia atau Jakarta dikuasai belanda dan sekutu).

Setelah beberapa hari di jalan akhirnya pak hamid sampai di Yogjakarta dan bertemu dengan Bung karno. Lantas iya langsung bersimpuh di kaki bung karno dan mengucapakan banyak banyak terima kasih karena negara sudah merdeka dari para penjajah meski belanda dan sekutu masih melakukan Agresi ke Indonesia.

Lalu bung Karno menepuk pundak pak Hamid sudah bangun pak bangun. Sungguh momen tersebut adalah momen yang mengharukan pertemuan seorang pemimpin besar yang sangat berwibawa dengan seorang rakyat yang berterima kasih kepada sang pemimpin atas jasa jasanya.

Dari cerita kita di atas kita bisa melihat, ketika pemimpin kita meski jarang melihat dan bertemu rakyatnya namun jika semua keputusan dan perjuangannya saat memimpin dirasakan rakyat sangat luar biasa dan berjasa maka rakyat tanpa di suruh pun akan mendatangi dan memberi hadiah pada sang pemimpin.

Semoga saja kelak akan muncul lagi orang orang yang mempunyai jiwa seperti Soekarno.

sumber: www.historia.id
---
dari IG @jevuska

Pak Soekarno Cemas, Saat Bu Fatmawati Hilang di Cipanas




MESKI kunjungannya ke Amerika Serikat pada 1956 secara umum menyenangkan, Presiden Sukarno menyimpan kegelisahan dalam kunjungan itu. Pasalnya, di Rumahsakit Saint Carolus, Jakarta saat itu Ibu Negara Fatmawati sedang terbaring tak berdaya. Pendarahan hebat membuat Fatmawati harus dioperasi.

Beruntung, operasi yang dijalani ibu negara berjalan lancar. Fatmawati pun diizinkan pulang beberapa hari kemudian. Untuk memulihkan kondisinya, Bu Fat, sapaan akrab Fatmawati, berencana tinggal di tempat sejuk dan sepi.

“Bung Karno segera diberitahu. Mendengar keinginan Bu Fat itu, Bung Karno memerintahkan pihak Istana agar secepatnya membawa Bu Fat ke Istana Cipanas dan tinggal di sana hingga kesehatan Bu Fat pulih kembali,” tulis wartawan Kadjat Adra’I dalam Suka-Duka Fatmawati Sukarno Seperti Diceritakan Kepada Kadjat Adra’i.

Fatmawati akhirnya “menyepi” di Istana Cipanas. Putra sulungnya, Guntur Sukarnoputra, menemaninya beberapa waktu kemudian sepulang dari Amerika Serikat mengikuti Sukarno. Sukarno sendiri datang beberapa hari setelah Guntur.
“Selama berada di Amerika Serikat, Mas selalu memikirkanmu,” kata Sukarno kepada Fatmawati.

Fatmawati tak merespon pernyataan sang suaminya itu. Komunikasi antara keduanya hampir selalu berjalan searah. Fatmawati lebih banyak diam. Luka di hatinya akibat dimadu Sukarno belum sembuh benar. Tiga tahun sebelumnya, 7 Juli 1953, di lokasi yang sama Sukarno menikahi Hartini.

“Aku bertemu dengan Hartini. Aku jatuh cinta kepadanya. Dan percintaan kami begitu romantis, sehingga orang dapat menulis sebuah buku tersendiri mengenai hal itu,” kata Sukarno sebagaimana dikutip Cindy Adams, penulis otobiografinya, dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Pernikahan Sukarno-Hartini menuai kecaman dari para aktivis perempuan. Organisasi-organisasi perempuan seperti Persatuan Istri Tentara (Persit), Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), dan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) bahkan sampai menggelar unjuk rasa menolak poligami Sukarno.

Meski Fatmawati tak sedikitpun mendendam, permaduan yang dialaminya membuat hatinya terluka. “Jauh di lubuk hati Ibu, sebenarnya Ibu masih sangat mencintai Bung Karno,” kata Bu Fat, dikutip Kadjat. Dia pun banyak menyendiri di Istana Cipanas meski Sukarno sudah berada di sisi.

Laku Fatmawati itu membuat Sukarno dan seluruh pengawal serta pegawai Istana Cipanas kaget dan kebingunan keesokan harinya. Mereka semua bingung karena Fatmawati hilang. Kejadian itu membuat Sukarno marah.

“Dalimin!” kata Sukarno berteriak memanggil Dalimin Rono Atmodjo, salah seorang komandan regu dalam Polisi Pengawal Pribadi Presiden dan Wakil Presiden. “Sekarang aku perintahkan seluruh pengawal, juga semua orang yang ada di sini, mencari Ibu Fatmawati sampai ketemu. Segera laksanakan!”

Para pengawal dan pegawai istana pun berpencaran mencari Fatmawati. Semua penjuru kompleks istana diperiksa. Namun, Fatmawati tetap tak ditemukan juga.

Dalimin akhirnya mencoba meingat-ingat kebiasaan ibu negara. “Saya punya firasat, Ibu Fat masih di sekitar Istana Cipanas. Karena itu saya lalu pergi ke arah belakang Istana, naik melalui jalan setapak yang kondisinya agak licin,” kata Dalimin, dikutip Kadjat.

Di dataran yang agak tinggi Dalimin akhirnya menemukan Fatmawati sedang duduk menyendiri menghadap sungai kecil. Alih-alih melaporkan ke presiden, Dalimin pilih mendekat ke tempat Fatmawati berada. Sapaan dan pemberitahuannya kepada Fatmawati tak sedikitpun mendapat tanggapan. Ibu negara diam seribu bahasa.

Tak berapa lama kemudian, Dalimin mendengar namanya dipanggil presiden yang berjalan mendekat ke arahnya. Dia pun segera menampakkan diri agar terlihat oleh presiden dan memberi isyarat bahwa orang yang dicari-cari berada di dekatnya. Usahanya itu langsung mendapat balasan acungan jempol dari sang presiden. Dalimin pun menyaksikan adegan saat presiden merayu ibu negara beberapa saat kemudian.

Upaya presiden mengajak pulang Fatmawati tak berhasil. Fatmawati berkeras hati tetap tinggal di tempatnya. Hati Fatmawati baru luluh ketika Sukarno mengatakan, “Mas perhatikan Fat masih pucat. Ayolah ikut Mas kembali ke rumah! Mas bimbing ya?” Tangis Fatmawati pun pecah.

“Siap, Pak. Untuk apa, Pak?”

“Untuk menandu Ibu Fatmawati!”

Ketika Dalimin dan dua anak buahnya kembali beberapa saat kemudian sambil membawa kursi, Sukarno membantu mendudukkan Fatmawati yang masih lemas di kursi itu. Sambil terus menangis di kursinya, Fatmawati lalu ditandu Dalimin dan dua polisi anak buahnya kembali ke istana. “Terlalu banyak kenangan yang Ibu alami dan rasakan, yang jika diceritakan satu persatu serasa tidak ada habisnya,” kata Fatmawati.



Thursday, May 14, 2020

Ir, Soekarno berkunjung ke Kuba 1960



Pada tahun 1960 Sukarno mengunjungi Kuba. Bagi Sukarno mengunjungi Kuba sangat penting untuk membuktikan politik bebas aktif-nya. Kabarnya Presiden Ike Eisenhower tidak menyukai kunjungan Sukarno ke Kuba itu. Bahkan Ike Eisenhower sempat memanggil agen CIA untuk mengamati prospek kunjungan Sukarno ke Kuba.

Setahun sebelumnya tahun 1959, jagoan revolusi Che Guevara datang ke Jakarta dan bertemu Sukarno untuk menyampaikan undangan resmi dari Fidel Castro, pemimpin revolusi Kuba. Saat itu Jakarta sedang hangat-hangatnya pembubaran Konstituante dan Sukarno baru saja dengan semangat mengembalikan sejarah ke dalam garis Revolusi. Fidel memperhatikan gerakan Sukarno ini, dan ia mengirimkan Che ke Jakarta untuk berguru pada Sukarno sekaligus mengundangnya. Pada satu malam setelah Fidel membaca sebuah terjemahan tulisan Sukarno dalam bahasa Inggris soal ‘Indonesia Menggugat’ maka ia merasa apa yang dijadikan dalam tujuan revolusi Indonesia adalah sejalan dengan Revolusi yang inginkan di Kuba.

Che Guevara, seorang jagoan revolusi Argentina yang dari muda berkelana dengan motornya mencari arti tentang masyarakat, sebuah pembebasan. Che berpikir bahwa satu-satunya pembebasan adalah menghilangkan struktur masyarakat yang menindas. Lalu Che bergabung dengan Fidel membakar revolusinya dan menggulingkan diktator Fulgencio Batista. Dan akhirnya sejarah membawa Che bertemu dengan guru besar Revolusi dari Asia : Sukarno. 

“Bagi saya, Che...bagi saya sebuah perubahan sejarah itu tidak boleh setengah-setengah, ia harus menjebol, ia harus memporakporandakan, dari situasi porak poranda itu kita bangun yang baru, bangunan masyarakat yang modern, terhormat dan memanusiakan manusia” kata Sukarno saat usai makan malam dengan Sukarno.  Lalu Che memberi cerutu Kuba pada Sukarno yang mengajak Che bicara di teras Istana Negara. “Kamu lihat Che, bangunan ini adalah bangunan Belanda, kota-kota kami adalah contoh kota kolonial terbaik pada jamannya, di timur Jakarta ada kota bernama Bandung indahnya luar biasa, lalu ada juga bernama Kota Surabaya yang menjadi pelabuhan paling timur milik jaringan dagang Hindia Belanda sebelum Australia didirikan Inggris. Mereka sudah membangun permodalan dari abad demi abad, mereka sudah membangun benteng-benteng kesejahteraannya. Tapi Che, bangsa-bangsa yang mereka jajah hanya menjadi kuli...kuli dari kemauan mereka. Lalu kami sejak pergantian abad lalu, sadar bahwa satu-satunya jalan untuk membebaskan bangsa dari kekuliannya, dari perbudakannya adalah menjadi ‘bangsa tuan’ di negeri sendiri. Menjadi demikian terhormatnya, sehingga kami bisa menggali kekayaan kami, kami bisa membangun budaya kami, kami bisa menguasai diri kami sendiri. Lalu dengan rasa terhormat itu : Ekonomi kami, Kebudayaan Kami dan Pandangan-pandangan politik kami menjadi arus besar bagi sumbangan peradaban dunia”.......kata Sukarno sambil menghirup cerutu.

“Jadi apa yang Tuan Sukarno lakukan untuk itu” kata Che dengan pandangan berapi-api. Ia seakan melihat sang guru sedang menjelaskan konsep sosialisme, konsep kesejahteraan umum, konsep yang akan membawa masyarakat pada pembebasannya. “Bagiku Che, revolusi itu sebuah keharusan untuk membuka pintu sejarah baru. Saat ini sejarah yang berlangsung sudah berbeda dengan sejarah di abad-abad lampau. Pergerakan eksploitasi bukan lagi pada pendudukan-pendudukan koloni, tapi pada pergerakan arus modal. Arus modal inilah yang kemudian menjadi alat penindas antara pemilik modal dan tidak pemilik modal. Negara-negara baru jelas tidak punya modal, mereka belum ada waktu akumulasi modal, mereka baru memulai. Tapi setidak-tidaknya, Che yang kami pelajari bahwa untuk berjuang dalam situasi apapun, maka kuncinya cuma satu : persatuan...persatuan....persatuan. Kami menang karena bersatu, andai seluruh negara-negara baru bersatu, maka penindasan modal itu menjadi medan pertarungan yang seimbang. Untuk itulah aku inginkan Indonesia menjadi lokomotif atas persatuan dari negara-negara baru, negara-negara yang baru saja melepaskan diri dari belenggu penjajahnya. Setelah persatuan, Che.....maka modal itu dialihkan pada kesejahteraan umum, pada bangunan-bangunan yang berguna untuk rakyat, bangun sekolah-sekolah. Dengan kekayaan yang ada kami bisa membangun jutaan unit sekolah untuk anak-anak kami, itulah awal dari revolusi kami” kata Sukarno dengan nada bangga. Ia melihat di depannya adalah anak muda yang berhasil mengalahkan sejarah kapitalisme, dan ia bangga.......

“Tuan Sukarno, sudikah tuan datang memenuhi undangan pemimpin kami, Fidel Castro?” kata Che dengan tersenyum. Sukarno menjawab sembari memamerkan gingsulnya yang terkenal itu bila tertawa ‘Saya bersedia anak muda”.

Lalu di tahun 1960 datanglah Sukarno ke Kuba. Ia dibawa ke Istana dan ditempat khusus, Fidel minta diajari konsep-konsep revolusi. “Tuan Sukarno, negara ini memiliki semangat tersendiri dalam mewujudkan perubahan, kami berdiri disini sendirian dikelilingi negara-negara perkebunan tinggalan Spanyol dan Portugal, kami juga berdekatan dengan rajanya Kapitalis dunia Amerika Serikat, tiap waktu kami berjaga agar jangan sampai rudal Amerika menimpa kota kami, dan kami terpaksa bersekutu dengan Sovjet Uni agar kami aman. Memang Mao meminta kami agar bersama-sama membangun persekutuan politik, tapi karena Sovjet Uni menolak bila Mao ikut campur maka kami terpaksa melepaskan Mao, walau itu menyakitinya. Padahal kami merasa kami harus mandiri, tidak bergantung kepada negara lain seperti negara Tuan, Indonesia...”

“Begini, Yang Mulia Castro..... Sebuah negara pertama-tama harus mandiri. Itu persyaratan terbesar sebuah revolusi. Ia tidak boleh bergantung kepada siapa-siapa, kekuatan dirinya sendiri yang menjadi ukuran. Sebuah negara harus memiliki kemandiriannya, karena kemandirian ia akan mendapatkan tiga hal : Kehormatan, Kemanusiaannya dan Kepandaiannya. Nah, untuk mencapai ini kita harus tegar menghadapi badai godaan. Saya sendiri akan melawan bila negara saya dikelilingi koloni-koloni yang kemudian akan berkembang sebagai sebuah ancaman”

Lalu Fidel bertanya lagi. “Jadi apa yang harus dilakukan Kuba”. Sukarno menjawab “Yang harus dilakukan adalah pertama-tama Yang Mulia harus menganalisa kekuatan modal yang mulia, apa yang bisa dijadikan alat untuk mandiri, lalu gunakan modal itu 100% untuk kesejahteraan umum. Bagi saya kesejahteraan umum itu sumber kebahagiaan rakyat, negara tidak boleh menjadi tempat bagi penggarong atas nama kapital, atas nama komoditi”

Ajaran Sukarno ini kemudian benar-benar dipegang Kuba. Setelah kunjungan Sukarno, Castro memerintahkan UU Kesejahteraan Umum. Rumah Sakit, Sekolah, Sarana Publik dibuat sebaik mungkin demi kesejahteraan rakyat banyak. Sampai saat ini fasilitas kesehatan publik Kuba merupakan yang terbaik sedunia, rakyat mendapatkan hak-hak kesehatannya. Sekolah didirikan dengan gratis dan dibiayai negara. Sarana Publik amatlah rapi.



Sementara Sukarno harus mati dalam kandang sempit yang tak layak bagi orang sebesar dia. Sukarno mati, semua ide-nya mati. Lalu di Indonesia terjadi penggarongan luar biasa, Freeport dirampok, Newmont dirampok, ladang-ladang gas bukan lagi untuk kesejahteraan umum, ladang-ladang minyak, lahan kelapa sawit. Semuanya digarong tanpa sedikitpun mengalir ke sarana kesejahteraan umum. Rakyat dibiarkan hidup secara minimal. Menjadi babu di negeri orang, berangkat tanpa kehormatan dan martabat sebagai manusia Indonesia yang cerdas dan terdidik, tapi berangkat sebagai manusia yang pasrah.

Dan sejarah memang selalu melahirkan tragedinya........................

Apn, 2003

Cetak Uang atau Hutang Lagi..




Kemapanan Perum Percetakan Uang Negara Republik Indonesia (Peruri) sebagai pencetak uang rupiah, nampaknya akan terusik. Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penyediaan dan pengedaran uang mulai geram dengan berbagai masalah yang timbul beberapa tahun belakangan. Masalah yang timbul kebanyakan karena mutu uang yang dihasilkan Peruri kurang baik.

Kondisi ekonomi di Indonesia seringkali dilaporkan terpuruk, angka kemiskinan tinggi, banyak kesenjangan sosial, utang negara pun menumpuk. Sederhananya, ini karena pendapatan kita tidak sebanding dengan pengeluaran. Pembangunan dimana-mana, impor ini itu, belum lagi korupsi yang merajalela. Padahal masyarakat tidak cukup mampu membayar pajak, sumber daya dalam negeri kurang dikelola dengan baik, dan sebagainya. Wajar kalau kemudian pemerintah memilih berutang kepada negara lain

Biaya cetak uang yang dikeluarkan oleh BI tidak sebanding dengan mutu uang yang dihasilkan oleh Peruri. Untuk keperluan mencetak uang, BI mengeluarkan biaya cetak uang kertas selitar Rp4 miliar per tahunnya. Ongkos cetak yang dikenakan oleh Peruri juga termasuk mahal. Untuk setiap 1.000 lembar uang kertas, BI memperkirakan ongkos sekitar AS$55.

Mahalnya biaya cetak uang, sebenarnya disebabkan oleh mahalnya bahan baku pembuat uang yang masih diimpor dari luar negeri. Atas hal tersebut, sebenarnya BI merencanakan akan membangun pabrik kertas di dalam negeri untuk menghemat biaya cetak uang kertas. Selain itu, nantinya juga akan dikembangkan pembuatan uang kertas dengan bahan baku dari serat abaka.

Menurut Deputi Direktur Direktorat Pengedaran Uang, Lucky Fathul, ongkos cetak di Peruri relatif lebih mahal dari pada ongkos cetak di luar negeri. Kemahalan ongkos tersebut disinyalir karena di Indonesia, Peruri bisa melakukan monopoli. Pasalnya, Peruri adalah satu-satunya perusahaan percetakan uang yang ada.

Saat ini, Peruri memang merupakan satu-satunya perusahaan percetakan uang yang ada di Indonesia ini. Peruri merupakan salah satu perusahaan milik Departemen Keuangan. Padahal di lebih dari 95 negara di dunia, pencetakan uang negara dilakukan oleh Bank Sentral.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2000 yang terbit pada 7 Juni 2000 menegaskan Peruri merupakan badan usaha tunggal di bidang percetakan uang. Entah bagaimana prosesnya, satu bulan kemudian berdasarkan Keppres No. 96 Tahun 2000 disebutkan, industri percetakan uang merupakan usaha terbuka dengan persyaratan tertentu. Namun, tetap saja belum ada perusahaan yang bergerak di bidang pencetakan uang lain yang muncul.

Kewenangan BI

Kewenangan BI dalam mengedarkan uang merupakan kewenangan yang diperoleh dari UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (UUBI). Dalam UUBI diatur beberapa kewenangan BI, antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah (Ps. 2 UUBI).
Selain itu, Bank Indonesia juga berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.

Dalam pasal 20 UUBI disebutkan secara jelas bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran. Bank Indonesia juga wajib memberikan pelayanan penukaran uang kepada masyarakat.

Mengenai pencabutan atau penarikan uang, ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar bagi BI untuk mencabut atau menarik uang dari peredaran. Uang dicabut atau ditarik dari peredaran oleh BI jika telah diedarkan cukup lama (5-7 tahun).

Tingkat pemalsuan uang yang dinilai cukup tinggi juga menjadi salah satu pertimbangan untuk dicabut atau ditariknya uang dari peredaran.  Selain itu, apabila jumlahnya yang beredar di masyarakat relatif sedikit atau peranannya sudah diganti dengan yang baru, BI juga dapat mencabut atau menarik uang tersebut dari peredaran. Terhadap uang yang dicabut, BI memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menukarkan uangnya dalam wantu 10 tahun tanpa biaya.

Dengan kewenangan yang dimiliki berdasarkan UUBI, Bank Indonesia secara operasional wajib menyediakan uang kartal yang cukup, sesuai jenis pecahan, waktu dan tempat, serta kualitas yang layak edar.
Dalam rangka memenuhi hal tersebut, tentu saja BI tidak dapat bekerja sendirian. BI membutuhkan percetakan guna mencetak uang tersebut. Dan karena Peruri merupakan satu-satunya perusahaan percetakan uang yang ada, BI bekerjasama dengan Peruri dalam hal mencetak uang kartal.

Pencetakan uang
Secara operasional, pencetakan uang kartal tidaklah semudah yang kita bayangkan. Ada beberapa tahap yang harus dilalui sebelum sampai pada tahap pencetakannya sendiri. Dalam tahap-tahap tersebut, sangat diperlukan kejujuran dan itikad baik dari masing-masing pihak. Pasalnya, peluang terjadinya "permainan" sangat besar.
Secara garis besar, proses pencetakan uang dimulai dengan perencanaan uang yang akan dicetak. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengadaan bahan uang, pencetakan uang, distribusi uang, dan terakhir adalah penarikan dan atau pencabutan uang. Keseluruhan proses ini melibatkan berbagai pihak, yaitu BI, Peruri, dan pemasok bahan baku uang.
Kemudian, Peruri akan mengajukan rencana desain  uang kepada BI. Tentunya dalam desain yang diajukan tersebut, Peruri telah memenuhi ciri-ciri uang. Setelah itu, Dewan Gubernur memberikan persetujuan atas desain uang dan menentukan security features (pada bahan uang dan teknik cetak).

Setelah Dewan Gubernur menyetujui desain uang dan security features, dimulailah mencari pemasok bahan baku uang tersebut. Tahap ini dilakukan oleh Peruri  dengan persetujuan dari Bank Indonesia. Tahap ini merupakan tahap yang rawan akan KKN karena biasanya akan ada beberapa pemasok yang ikut tender dan penentuannya akan dilakukan oleh BI.
Dalam prinsip dasar pengadaan uang yang tertuang dalam Peraturan Dewan Gubernur mengenai Manajemen Logistik Bank Indonesia, disebutkan bahwa pengadaan bahan uang dilakukan dengan pemilihan langsung (minimal 3 pemasok), kecuali mendesak dapat dilakukan penunjukan langsung. Pemasok yang diundang adalah pemasok dalam dan luar negeri.

Pengalaman pahit
Tahap tender pemasok bahan baku uang, merupakan tahap yang sangat rentan. Walaupun telah diatur mengenai pertimbangan dalam memilih pemasok, integritas dan itikad baik dari masing-masing pihak yang terlibat sangat diperlukan. Yang menjadi pertimbangan dalam memilih calon pemasok adalah  kualitas bahan baku, harga yang ditawarkan, jadwal pengiriman, dan juga harus memperhatikan diversifikasi risiko.

Peruri sendiri pernah mengalami kejadian tak mengenakkan dalam proses pengadaan bahan baku uang kertas untuk pecahan Rp1.000 dan Rp5.000 yang melibatkan BI, Peruri, dan pemasok PT Pura Barutama.
Anggota Komisi II DPR-RI, Suryanto, menemukan mutu kertas yang tidak sesuai dengan standarisasi yang ditentukan Perum Peruri. Suryanto menjelaskan bahwa menurut informasi yang diperoleh komisi II, kertas produksi PT Pura Barutama tidak memenuhi standar yang ditentukan. Padahal menurut Perum Peruri, pencetakan uang kertas harus memenuhi standar dengan melewati dua tahapan pencetakan uang, yaitu tahap offset dan tahap intaglio. 
Kertas-kertas tersebut kemudian perlu diganti. Ini terkait dengan unsur bisnis, meskipun pada akhirnya Perum Peruri harus menanggung kerugian. Setelah itu, yang muncul adalah saling tuding antara Perum Peruri dan PT Pura Barutama, Kudus.

Disinyalir oleh beberapa pihak, adanya unsur KKN dalam tender pencetakan uang tersebut kepada PT Pura Barutama. Akan tetapi, hal itu langsung dibantah Aulia Pohan selaku Deputi Gubernur Bank Indonesia. Aulia membantah adanya unsur KKN dalam proses tender pemasok bahan uang kertas antara PT Pura Barutama dengan BI.

Hambatan teknologi
Pengalaman pahit tidak hanya dirasakan oleh Peruri. BI juga pernah merasakan pengalaman tersebut. Pengalaman tersebut dikarenakan kemampuan Peruri yang terbatas dalam mencetak uang. Peruri tak bisa mencetak uang dengan hologram.
Prinsip dasar pencetakan uang berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 2/17/PBI/2000 tanggal 20 Juli 2000, pencetakan uang diutamakan pada perusahaan dalam negeri (Peruri), kecuai Peruri sudah full/over capacityatau Peruri belum menguasai teknologi cetak yang dipersyaratkan. Selain itu, uang yang dicetak harus memiliki security features yang baik, sehingga membantu masyarakat membedakan uang yang asli dengan yang palsu.

Beberapa hambatan yang dialami oleh BI selama menggunakan jasa pencetakan Peruri, selain ongkosnya yang relatif mahal adalah kurangnya penguasaan teknologi yang dapat digunakan oleh Peruri. Sehingga BI sendiri berpikir jika seandainya Peruri tetap tidak dapat mengikuti pola teknologi yang ada, ada kemungkinan BI akan menyerahkan pencetakan uang pada percetakan uang di luar negeri.
Cetak di Australia

Mengenai pencetakan uang di luar negeri, ini memang dimungkinkan. Hal tersebut tertuang dalam pasal 3 Peraturan BI No. 2/17/PBI/2000. Dalam hal-hal tertentu, Bank Indonesia dapat melakukan pencetakan  uang pada perusahaan percetakan uang di luar negeri.
Yang dimaksud dengan hal-hal tertentu itu adalah apabila perusahaan  dalam negeri tidak mampu  mencetak uang sesuai spesifikasi, bahan dan atau jumlah yang ditetapkan, maka pencetakan uang dapat dilakukan pada perusahaan luar negeri.

Hal tersebut pernah dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mencetak uang kertas pecahan Rp100.000 yang dicetak sebanyak Rp50 triliun oleh percetakan uang Australia karena peruri tak mampu mencetak hologram. Padahal hologram diperlukan untuk security features.

Selain karena Peruri tak mampu membuat hologram, pencetakan pecahan uang Rp100.000 tersebut juga dikarenakan Peruri tidak dapat menyediakan bahan bakunya, yaitu polyester. BI juga mengatakan bahwa sebenarnya pencetakan tersebut dilakukan dengan cepat dan segera pada pertengahan 1999 untuk mengantisipasi kekhawatiran akan datangnya masalah komputer pada 2000.

Namun ternyata dalam perjalanannya, pihak percetakan Australia juga tidak mampu memenuhi target yang dijadwalkan oleh BI. Sehingga akhirnya, pihak percetakan uang di Australia meminta persetujuan dari BI agar sebagian pencetakan dilakukan di Thailand dengan pengawasan dari pihak Australia.

Karena BI merasa pencetakan uang tersebut sangat dipandang perlu pada saat itu, maka BI menyetujuinya. Namun sayang, uang hasil percetakan Thailand tidak sebaik yang dicetak oleh percetakan di Australia. Dan atas hal tersebut, BI telah mengajukan klaim kepada pihak percetakan di Australia.

Uang palsu
Kendala lain yang dihadapi dalam pencetakan uang adalah bagaimana membuat desain uang agar tidak mudah untuk dipalsukan, terutama di masa krisis seperti ini. Karena berdasarkan data yang dimiliki BI dan kepolisian, kegiatan pemalsuan uang meningkat jumlahnya sejak krisis moneter.

Pemalsuan uang merupakan hasil perbuatan tindak pidana melawan hukum berupa gambar yang dibuat di atas kertas atau logam dengan bentuk menyerupai uang kertas atau uang logam yang dikeluarkan oleh BI. Maksudnya, untuk diedarkan sebagai alat pembayaran yang sah di dalam wilayah RI.

Kejahatan pemalsuan uang disinyalir juga melibatkan orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Termasuk kalangan militer dan orang-orang yang terkait dalam pencetakan uang, yaitu Peruri atau BI sendiri.

Beberapa motivasi orang dalam melakukan pemalsuan uang adalah karena alasan ekonomi. Pemalsu uang hanya akan mengambil keuntungan ekonomi dari kegiatan memalsukan uang tersebut. Namun, bisa juga pemalsuan uang didasarkan pada upaya untuk menjatuhkan wibawa suatu pemerintahan yang sah. Ini bukan hal yang mustahil.

Sebagian dari kalian mungkin berpikir, kenapa tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya saja? Toh, ini karena masalah kekurangan duit, ‘kan? Negara pun punya otoritas mencetak uang melalui Bank Indonesia. Dengan uang yang melimpah, utang jadi bisa dibayarkan, rakyat tidak lagi miskin, masalah ekonomi lain bisa terselesaikan. Tapi ternyata mencetak uang tidak sesederhana itu. Ada banyak aspek yang memengaruhi. Bahkan kalau negara nekat mencetak banyak uang baru, malah bisa bikin miskin! Lho kok bisa? Berikut ulasan nya yang sudah kita rangkum dari hipwee.com

1. Kalau uang dicetak banyak dan dibagikan cuma-cuma, otomatis masyarakat jadi pegang banyak duit. Tapi kondisi ini malah bikin mereka makin konsumtif
Logikanya nih, jika setiap masyarakat di Indonesia tiba-tiba diberi uang Rp100 juta, mereka akan berubah jadi konsumtif dan membeli apa yang sebelumnya tidak bisa dibeli, misalnya aja mobil. Hal itu akan membuat permintaan mobil jadi naik. Otomatis produsen mobil bekerja keras meningkatkan produksi mobilnya. Kalau tidak mampu mengikuti permintaan pasar, ketersediaan mobil di pasaran jadi habis. Soalnya menaikkan jumlah produksi itu ya berarti harus menambah jumlah pekerja, upah mereka, dan lain-lain. Pada akhirnya juga sama aja toh?

2. Daya beli yang tinggi, akan membuat harga barang naik, bisa-bisa telur aja harganya 1 miliar/kg! Kondisi ini pernah dialami Zimbabwe.
Untuk kasus mobil di atas, produsen sebenarnya masih punya pilihan lain, yaitu menaikkan harga barang jualannya! Dan tidak cuma berlaku untuk kendaraan saja, barang kebutuhan pokok juga bakalan naik gila-gilaan. Naiknya harga barang secara terus menerus ini nama “ekonomi”nya adalah inflasi. Salah satu negara yang pernah mengalami inflasi besar-besaran adalah Zimbabwe. Sejak 2008, mata uang negara ini terus mengalami keterpurukan. Di sana, harga telur aja bisa mencapai 100 miliar dolar Zimbabwe! Kebayang ‘kan ada berapa banyak uang yang beredar di sana…

3. Karena merasa punya banyak uang, orang jadi tidak lagi produktif. Jangan heran kalau dalam waktu dekat negara itu malah jadi miskin. 
Kita aja nih, mungkin kalau ditanya, apa yang akan kita lakukan kalau dikasih uang 1 miliar setiap bulan, jawabannya pasti santai-santai di rumah sambil nonton TV, liburan ke luar negeri, atau hal menyenangkan lainnya. Kita tentu tidak akan mau lagi bekerja, berbagai profesi jadi kehilangan pekerjanya, petani akan malas menanam padi, nelayan akan malas melaut, dan seterusnya. Negara jadi kehilangan produktivitasnya karena masyarakat jadi menggantungkan hidupnya pada impor.

4. Nilai mata uang di negara tersebut jadi turun, kebayang ‘kan gimana jadinya kalau uang sudah tidak lagi dianggap berharga?
 
Bukannya bikin kaya raya, mencetak terlalu banyak uang malah akan membuat nilai mata uang itu sendiri turun. Logikanya, bayangkan saat kamu belum bekerja, uang selembar 100 ribu akan terasa banget nilainya. Mau pakai aja harus mikir-mikir. Sekarang coba dibalik, apa jadinya kalau kamu mendapat uang 100 ribu secara cuma-cuma setiap hari, tidak perlu bekerja dan berusaha! Tentu nilainya akan turun kan. Uang tersebut tidak seberharga saat kamu masih sulit mendapatkannya.

Hal ini juga berlalu kalau suatu negara nekat mencetak terlalu banyak uang. Mata uang di sana malah turun nilainya. Ini karena harga barang juga ikut menyesuaikan jumlah uang yang beredar. Misalnya es cendol yang biasanya Rp10 ribu, melejit jadi Rp1 juta. Jumlah yang terlalu besar itu membuat uang jadi tidak berguna. Dulu, negara Jerman pernah merasakan kondisi ini. Kebanyakan mencetak uang membuat uang di Jerman tidak lagi berharga. Sampai-sampai banyak dijadikan pajangan di rumah, dibuang, atau dipakai menyalakan api! Gila, ‘kan…

Selain alasan-alasan di atas, mencetak uang juga tidak semudah yang dibayangkan karena untuk membuat uang baru butuh biaya produksi yang tidak sedikit. Uang yang akan dipakai jual beli harus memenuhi standar pembuatan yang ditentukan negara. Kalau uang kertas harus terbuat dari kapas kualitas terbaik, plus campuran bahan kimia agar uang tersebut awet. Nah, sudah paham kan kenapa mencetak uang baru bukanlah solusi terbaik mengatasi kemiskinan atau membayar utang negara ini?


Wednesday, May 13, 2020

Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan pemasangan GPS Collar pada Gajah Sumatera




Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan pemasangan GPS Collar pada Gajah Sumatera dalam rangka meminimalisasi terjadinya konflik dengan manusia. “Pemasangan GPS collar dilakukan sebagai upaya monitoring pergerakan kelompok Gajah dalam rangka mitigasi konflik atau early warning system,” kata Plt. Kepala Balai TNBBS Ismanto.

Upaya pencegahan lain yang dilakukan yaitu penggiringan kelompok gajah yang keluar dari kawasan TNBBS, seperti yang dilakukan pada 27 April hingga 9 Mei 2020. "Penggiringan kelompok gajah liar sebanyak 12 ekor yang dipimpin oleh ketua Forum Mahout Nazaruddin ini melibatkan pihak TNBBS, SKW III Lampung BKSDA Bengkulu, ERU TNWK, YABI, WCS, KPHL IX, Satgas HKM, berhasil menggiring kelompok gajah tersebut hingga masuk ke dalam kawasan TNBBS. Meskipun kondisi cuaca hujan lebat sempat membuat kelompok gajah tersebut kembali ke luar kawasan TNBBS," tutur Ismanto.

Setelah menentukan gajah yang akan dipasang GPS collar, Nazaruddin melakukan penembakan bius kepada gajah yang akan dipasangi GPS collar. Setelah pemasangan GPS Collar selesai, tim melakukan pemantauan hingga gajah sadar dan bergabung kembali dengan kelompok. Adapun data gajah yang dipasang GPS Collar adalah gajah betina, berusia 25 s/d 30 tahun, berat badan adalah 2.500 Kg dan tinggi badan 219 Cm.

Ismanto menyampaikan apresiasi kepada tim yang berhasil memasang GPS Collar atas kerja keras, dedikasinya dan kerjasamanya. "Meski pekerjaan ini dilakukan pada bulan Ramadhan, ditengah wabah pandemi dengan kondisi topografi TNBBS, dapat dilaksanakan sesuai rencana," ucapnya.

Selanjutnya, dilakukan pemantauan secara langsung kepada kelompok gajah oleh tim blokade dan dilakukan pemantauan melalui satelit. Mobile application menampilkan monitoring posisi GPS Collar dan histori pergerakan GPS Collar. Sedangkan web application menampilkan GPS Collar secara near real time dalam bentuk 3 dimensi.

#klhk
#kemenlhk
#ksdae
#gajahsumatera
#konflikgajah
#dirumahaja
@kementerianlhk
@konservasi_ksda
@siti.nurbayabakar
@inungwiratno

KEBIJAKAN PIMPINAN DAERAH MEMBANGUN KABUPATEN KONSERVASI

Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...