Apriyan Sucipto

Apriyan Sucipto
Rimba Raya

Monday, June 8, 2020

Iwan Fals Cerita Tentang Gusdur - 2016




Markas Oi terletak di kediaman pendirinya Virgiawan Listianto atau Iwan Fals berada di sebuah desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok yang jauh dari ibukota. Ternyata, sang penyenandung ‘Bongkar’ ini menyimpan kenangannya bersama Gus Dur di tempat ini.

Kita tahu semua akan mati, bagaimana sisa hidup ini bermanfaat bagi orang banyak itu yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita,” ujar Iwan.

Iwan memutuskan menelepon KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Saat itu Gus Dur belum menjadi presiden Indonesia.  Iwan menganggap Gus Dur adalah cendikiawan yang terbuka dan tempat orang bertanya. Gus Dur mengerti hukum Islam maupun hukum pemerintahan.

Dalam telepon Gus Dur menjelaskan aturan Islam diperbolehkan memakamkan jenazah di rumah. Pemakaman bergantung wasiat almarhum atau keinginan keluarga. Tapi di Jakarta tak bisa memakamkan orang di rumah sendiri karena keterbatasan lahan.

Akhirnya Iwan memutuskan untuk memakamkan Galang di Leuwinanggung. Kisah ini diturun temurukan di lingkaran anggota Oi.


Sunday, June 7, 2020

SEKALI LAGI, INDONESIA NEGARA BANGSA




Pancasila menekankan paham kebangsaan. Nasionalisme adalah dasar adanya negara. Faktanya, memang ada bangsa-bangsa. Satu bangsa adalah satu solidaritas yang besar. Bagi Bung Karno, bangsa akan lebih hebat rasa kebangsaannya jika bahasanya satu.


Bahasa Indonesia menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Tapi lebih dari itu, pengikat segala suku bangsa se-Nusantara menjadi satu jiwa adalah kehendak untuk hidup bersama sebagai bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan Indonesia berciri khas Indonesia. Bung Karno mencontohkan dengan cara orang Indonesia menyapa sesamanya, dibanding cara bangsa-bangsa lain menyapa.


Orang Indonesia menyapa dengan, "Apa kabar Bung?" Bangsa kita menanyakan kabar. Lain halnya bangsa Tiongkok yang selalu kelaparan (zaman dulu) sehingga bertanya, "Ni hao?" (Engkau bagaimana?), atau bangsa Prancis, "Comnent vous portez vouz?" (Bagaimana pakaianmu?), atau bangsa Inggris yang haus kekuasaan menulis "saya" dengan huruf I kapital, dan bertanya, "How are you?" (Bagaimana engkau?). Bangsa Belanda suka berlayar, maka bertanya, "Hoe vaart u". Karakter khas bangsa Indonesia adalah bertanya mengenai kabar saudaranya.


Bila agama tidak memerlukan teritori karena hanya membutuhkan manusia, maka negara terbentuk dalam teritori. Negara Indonesia adalah teritori bagi bangsa Indonesia dengan karakternya yang khas, dan teritori yang jelas dan khas pula. Natie adalah sekumpulan manusia dengan jiwa 'le desir d'etre ensemble', dengan jiwa corak dan sifat yang sama, serta hidup di wilayah yang hanya satu unit kesatuan. Karena itu, Republik Indonesia bukanlah negara agama, melainkan negara nasional yang meliputi seluruh badan 'natie' Indonesia.


Dalam pidatonya di Surabaya, 24 September 1955, Bung Karno mengatakan "Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua...! Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik suatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!" (Dikutip dari 📖: "Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia")
-----
Dirgahayu Bung Besar, 6 Juni 1901 - 6 Juni 2020

BUNG KARNO BERDIRI DI ALJAZAIR


Patung Bung Karno karya Dolorosa Sinaga ini berdiri di Aljir, Aljazair dan akan diresmikan pada 15 Juli mendatang. Bung Karno punya sumbangsih besar terhadap gerakan kemerdekaan Aljazair dari penjajahan Prancis. Pada 1956, setahun setelah KAA di Bandung, Bung Karno memberikan bantuan kepada Front Pembebasan Nasional (National Liberation Front) Aljazair dalam bentuk rumah di Jl. Serang, Menteng, Jakarta Pusat. Rumah tersebut dijadikan kantor perwakilan NLF di Jakarta, sekaligus pusat koordinasi NLF untuk menggalang dukungan politik dari negeri-negeri di Asia. Kepala perwakilan NLF saat itu dijabat oleh Lakhdar Brahimi, kelak bertahun kemudian, setelah Aljazair merdeka, dia menjadi Sekjen Liga Arab dan jabatan terakhirnya adalah penasihat Sekjen PBB Ban Ki-Moon untuk urusan Suriah. Lakhdar bertugas di Jakarta mulai 1956 sampai 1961. Pada masa itu pula NLF banyak menyalurkan bantuan bagi gerakan pembebasan di Afrika lainnya, salah satunya memberi bantuan pelatihan militer buat pejuang-pejuang anti-apartheid Afrika Selatan, seperti Nelson Mandela. Mandela pernah mengikuti pelatihan militer di Aljazair sebelum akhirnya dia ditangkap dan dipenjarakan selama 27 tahun di Pulau Roben.

Nama Bung Karno diabadikan di beberapa tempat di negara-negara Afrika, antara lain di Kairo, Mesir dan di Rabat, Maroko untuk mengenang jasanya di dalam menyokong kemerdekaan negeri-negeri tersebut dari penjajahan bangsa Eropa. Patung karya Dolorosa ini tentu menambah lagi kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia pernah memiliki tokoh sehebat Sukarno. Buat saya pribadi, kebanggaan ini jadi dobel karena Ibu Dolorosa juga lah yang menciptakan patung Multatuli di Rangkasbitung.

Salam merdeka!

Soekarno Marah ; Ajudan Salah Menceritakan Sejarah


Sebagai ajudan presiden yang ditugaskan momong anak presiden, Brigadir Pol. M. Tamim juga berkewajiban mendongengkan cerita pengantar tidur buat Guntur. Kena omel saat salah menceritakan sejarah.

BRIGADIR Polisi M. TAMIM tak pernah lupa situasi pasca-diberlakukannya gencatan senjata antara pasukan Indonesia dan Belanda selepas Agresi Militer Belanda II. Perang pengaruh masih begitu kuat di berbagai tempat. Dalam suasana seperti itu, Tamim ditawari menjadi anggota polisi Belanda.

Tentu saja Tamim menolak mentah-mentah tawaran itu. “Kalau tidak, obsesinya yang ingin mengabdi kepada keluarga Bung Karno dan dekat dengan Bung Karno akan menguap sia-sia,” tulis Kadjat Adra’i, teman dekat Guntur Sukarnoputra sekaligus wartawan yang pernah mewawancara Tamim, dalam bukunya Suka-Duka Fatmawati Sukarno: Seperti Diceritakan Kepada Kadjat Adra’i.

Bagi Tamim, Presiden Sukarno dan keluarganya bukan merupakan orang asing. Ayah Tamim, Nur’ain, merupakan supir di Istana Bogor. Nur’ain tinggal di dalam perumahan karyawan istana yang terletak di kompleks istana. Di sinilah Tamim dilahirkan pada 1926 dan bertumbuh bareng-bareng anak-anak pegawai yang lain.

Setelah dewasa, Tamim menjadi anggota Kepolisian Istimewa wilayah Bogor. Komandannya Komisaris Polisi Enoch Danubrata. Saat pemerintah mengungsi ke Yogyakarta, awal 1946, Tamim termasuk yang dipercaya bertugas mengawal keluarga presiden –setelah Resimen Tjakrabirawa dibentuk pada 1962, para anggota polisi pengawal pribadi presiden ini disatukan dalam wadah Detasemen Kawal Pribadi (DKP).


Sekitar tahun 1948, Tamim mendapat tugas dari Sukarno untuk mendongengi Guntur setiap malam sebelum tidur. Kehadiran Tamim dengan dongeng-dongengnya saban malam membuat Guntur semakin dekat secara emosional dengan sang ajudan. Tamim pun dibawa serta ketika presiden kembali ke Jakarta pasca-pengakuan kedaulatan.

Di Jakarta, Sukarno “menaikkan pangkat” Tamim dari sekadar pendongeng sebelum tidur menjadi pengasuh Guntur. Praktis hari-hari Tamim selalu dihabiskan di samping sang putra sulung presiden, sejak pagi hingga malam ketika Guntur hendak tidur.

Sewaktu Guntur sudah masuk Taman Kanak-kanak, saban pagi Tamim mengantarkan ke sekolah yang berada di bagian belakang kompleks Istana Jakarta. Tamim menungguinya hingga jam pulang sekolah.

Kegiatan itu berlanjut ketika Guntur masuk ke Sekolah Rakyat Perguruan Cikini. Saban pagi, Tamim mengantar Guntur dengan disupiri Saro’i yang juga dari anggota kepolisian. Di waktu malam, Tamim mesti menunggui Guntur belajar hingga pukul 20.00. Setelah itu, barulah Tamim bisa melakukan tugas terakhirnya: mendongengi Guntur sebagai pengantar tidur.

Dongeng biasanya dimulai Tamim begitu Guntur sudah berbaring di dipannya. Karena tugas itu tugas hariannya, Tamim pun sering membawa beberapa buku cerita lantaran terkadang kehabisan topik dongeng. Mayoritas dongeng yang diceritakan Tamim adalah cerita horor karena disukai anak-anak. Namun, sering juga Tamim mendongengkan masa-masa penjajahan dan perang kemerdekaan.

Kegiatan itu sering Tamim lakukan di kamar presiden karena Guntur sering tidur di kamar ayahnya. Presiden biasanya sedang asyik membaca ketika Tamim mendongengi Guntur.


Suatu hari, di kamar presiden, Tamim dibuat kelipungan karena Guntur belum juga tidur meski dongengnya sudah habis. Alih-alih langsung memejamkan mata, Guntur malah minta didongengkan lagi.

Tamim yang sudah kehabisan bahan cerita pun sempat bingung. Untung saja Guntur memintanya mendongengkan cerita masa pendudukan Belanda sebelum Jepang masuk. Tamim yang mengalami periode itu, pun lalu dengan lancar kembali mendongeng. Seperti biasa, Presiden Sukarno duduk di dekat mereka sambil membaca.

Cerita terus keluar dari mulut Tamim. Selain mengisahkan tentang keberanian Bung Karno dan para pemuda pejuang lain. Diceritakannya pula kehidupan rakyat dan kekejaman Belanda.

Tamim pun selesai dengan dongengnya. Namun, lagi-lagi dibuat bingung karena Guntur belum juga tidur. Sementara, bahan cerita di kepalanya sudah habis. Dalam kebingungan itu, Guntur justru menanyakan kelanjutan cerita. Tamim pun putar otak.

“Akhirnya saya punya akal. Saya kemudian mengarang cerita, benar-benar mengarang, karena saat itu saya memang diharuskan bercerita,” kata Tamim, dikutip Kadjat.

Guntur kembali asyik mendengarkan dongengan Tamim. Dia tak tahu bahwa dongeng yang dikisahkan Tamim murni fiksi. Tamim pun asyik terus membohongi sang anak.

Selagi asik-asiknya membohongi Guntur, tiba-tiba Tamim dikejutkan oleh suara presiden yang diam-diam terus menyimak dongengan. “Nggak ada cerita itu,” kata Sukarno.

Saturday, June 6, 2020

Untuk Para Pengabdi - Iwan Fals


Kesetiaan masih ada
Setidaknya menjadi cita-cita
Itu sebabnya aku di sini
Menemanimu

Siang malam 'ku berjaga
Di relung hatimu, di dalam benakmu
Di setiap langkahmu
Mudah-mudahan begitu

Silahkan engkau tertawa
Sepuas hatimu
'Ku takkan pernah berpaling
Karena hinaan itu
Bahagia rasanya
Lihat engkau bahagia
Berduka rasanya
Kalau engkau berduka

Untuk pengabdi
Lagu para pengabdi
Di puncak gunung
Di tengah-tengah samudera
Di dalam rimba
Di kebingungan desa dan kota

Untuk pengabdi
Lagu para pengabdi
Di puncak gunung
Di tengah-tengah samudera
Di dalam rimba
Di kebingungan desa dan kota

'Kan kutemani kau
'Kan kutemani kau

Silahkan engkau tertawa
Sepuas hatimu
'Ku takkan pernah berpaling
Karena hinaan itu
Bahagia rasanya
Lihat engkau bahagia
Berduka rasanya
Kalau…

Doa Dalam Sunyi - Iwan Fals



Angin datang dari mana?
Merayapi lembah gunung
Ada luka dalam duka
Dilempar ke dalam kawah

Memanjat tebing-tebing sunyi
Memasuki pintu misteri
Menggores batu-batu
Dengan kata sederhana
Dengan doa sederhana

Merenung seperti gunung
Mengurai hidup dari langit
Jejak-jejak yang tertinggal
Menyimpan rahasia hidup

Selamat jalan, saudaraku
Pergilah bersama nasibmu
Pertemuan dan perpisahan
Di mana awal akhirnya?
Di mana bedanya?
Di mana bedanya?

Doa-doa terdengar dalam sunyi
Doa-doa terdengar dalam sepi

Doa-doa terdengar dalam sunyi
Doa-doa terdengar dalam sepi


Kupaksa untuk melangkah - Iwan Fals



Kulangkahkan kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi kota asalku

Saat pagi buta
Sandang gitar usang
Kucoba menantang
Keras kehidupan

Datangi rumah-rumah tak jemu
Petik tali-tali senar gitarku

Dari tenda ke tenda
Warung yang terbuka
Lantang nyanyikan lagu
Oh, memang kerjaku

Tak pasti jalur jalan hidup
Kutunggu putaran roda nasib
Kucoba paksakan untuk melangkah

Sementara
Kerikil-kerikil tajam menghadang
Langkahku

Kulangkahkan kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi kota asalku

Sementara
Kerikil-kerikil tajam menghadang
Langkahku

Kulangkahkan kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi kota asalku

Saat pagi buta
Sandang gitar usang
Kucoba menantang
Keras kehidupan

Datangi rumah-rumah tak jemu
Petik tali-tali senar gitarku

Dari tenda ke tenda
Warung yang terbuka
Lantang nyanyikan lagu
Oh, memang kerjaku

Tak pasti jalur jalan hidup
Kutunggu putaran roda nasib
Ku coba paksakan untuk melangkah

Sementara
Kerikil-kerikil tajam menghadang
Langkahku

Kulangkahkan kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi kota asalku
Datangi rumah-rumah tak jemu
Petik tali-tali senar gitarku

KEBIJAKAN PIMPINAN DAERAH MEMBANGUN KABUPATEN KONSERVASI

Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...