Apriyan Sucipto

Apriyan Sucipto
Rimba Raya

Tuesday, July 7, 2020

Belajar Kasih Sayang dan Kejujuran dari Jenderal Hoegeng dan Merry Roeslani .



Sebuah anekdot yang kini sudah tak asing lagi terdengar soal polisi jujur. Katanya, hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

Hoegeng adalah Kepala Polri kelima yang menjabat pada tahun 1968-1971. Karirnya sebagai polisi dimulai dari pangkat rendahan yang tak bergaji hingga menjadi orang nomor satu Polri.

Hoegeng yang terkenal keras dan lurus ini selalu mendapat godaan dan tak jarang tekanan dari rekan sesama polisi akibat keteguhannya menegakkan hukum.

Bahkan di umurnya yang baru menginjak 49 tahun, Hoegeng "dipensiunkan" oleh Presiden Soeharto karena bersikeras mengusut dugaan keterlibatan anak pejabat dalam pemerkosaan kasus Sam Kuning.

Sang istri, Merry Roeslani paham betul dengan karakter dan pilihan hidup sang suami. Sebagai seorang istri perwira polisi, Merry tidak pernah menuntut kemewahan dalam hidup.

Memori pemecatan Hoegeng di usia muda itu juga yang terus melekat di benaknya. Usai tak menjadi polisi, Hoegeng pulang ke kampung halamannya di Pekalongan untuk bertemu sang ibu. Di sana, Hoegeng menyatakan tak lagi memiliki pekerjaan. "Saya tidak bisa lupakan itu. Dia sungkem katanya, 'saya tidak punya pekerjaan lagi, Bu'. Ibunya mengatakan, 'kalau kamu jujur melangkah, kami masih bisa makan nasi sama garam.' Itu yang bikin kita kuat semua," kenang Merry saat peluncuran buku "Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan" pada tahun 2013 silam.

Mengarungi hidup berumah tangga, banyak cerita dari pasangan Hoegeng dan Merry seperti yang diceritakan dalam buku "Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan" karya Abrar Yusra dan Ramadhan KH.

Ada kisah penuh getir di saat mereka kesulitan mencari uang untuk kehidupan sehari-hari hingga cerita yang mengundang senyum tatkala Hoegeng menjadikan kesulitan itu sebagai bahan candaan untuk membahagiaan sang istri

Menjadi pelayan resto

Hoegeng dan Merry menikah pada tanggal 31 Oktober 1946. Pertemuan mereka berawal dari sebuah drama radio berjudul "Saija dan Adinda" yang diangkat dari buku "Max Havelar" karya Douwes Dekker.

Sunday, July 5, 2020

Eps. Filsafat Ketuhanan - Semar [18]



Sastra jendra hayuningrat, sastra yang cara membacanya lewat realitas kehidupan sehari-hari di sekitar kita.

Video: @see_udin

Great Woman




The only love that I really believe in is a mother’s love for her children.”


“A mother is the one who is still there when everyone else has deserted you.”


My mother is pure radiance. She is the sun i can touch and kiss and hold without getting burnt.”


There is something about losing your mother that is permanent and inexpressible – a wound that will never quite heal.”



#Hi.Rustipah Binti Bingan Hadi Utoyo

Reog Ponorogo



Kesenian ini lahir dari budaya setempat yang masih kental dengan unsur mistik dan kebatinan. Tidak ada yang tahu pasti kapan kesenian ini muncul dan berkembang, tapi terdapat foto dokumentasi yang memperlihatkan kesenian ini sudah ada sejak tahun 1920-an. Inilah reog, kesenian yang berasal dari Jawa Timur, tepatnya dari wilayah Ponorogo.

Sumber : Explore Budaya

KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA, TELAH LAHIR GAJAH SUMATERA 🐘 YANG DI BERI NAMA "DAMAR"


Seekor anak Gajah telah lahir dari pasangan Gajah binaan "Robin" dan induk bernama "Ngatini" di TWA Buluh Cina, Riau pada Jum'at Kliwon, 3 Juli 2020 sekitar pukul 05.00 wib.

Kepala Balai Besar KSDA Riau, bapak Suharyono, segera turun ke lokasi didampingi drh. Rini Deswita dan drh. Danang melakukan pengecekan kesehatan dan pemberian vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, penambah darah dan nafsu makan.

Anak Gajah berjenis kelamin jantan dengan berat sekitar 50 kg terlihat sehat dan mulai menyusu pada induknya. Sang induk Ngatini, yang saat ini berumur 22 tahun juga terlihat sehat dan bersemangat menyantap makanan yang telah disiapkan para Mahout untuknya.

Seluruh pemangku kepentingan yang konsen terhadap kelestarian satwa gajah menyambut gembira kelahiran satwa dilindungi binaan ini yang memang telah lama dinantikan. Bayi Gajahpun telah  diberi nama Damar oleh Gubernur Riau, bapak Syamsuar. Nama tersebut diambil dari nama jenis pohon (Meranti) yang bisa juga bermakna pelita.

Dengan berhasilnya kehamilan sampai satwa melahirkan cukup menunjukkan bahwa Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina sebagai salah satu kawasan konservasi di Provinsi Riau masih cukup kondusif untuk mendukung kehidupan dan kelestarian satwa liar  yang dilindungi.

Semoga kelahiran bayi Gajah ini menjadi pertanda bagi keseriusan semua pemangku kepentingan dalam melestarikan Gajah Sumatera di bumi Melayu ya kawan.

Terima kasih atas pemberian nama yang sangat indah penuh makna "DAMAR" bapak Gubernur Riau @syamsuar.official

Informasi dan foto dari (@bbksda_riau)

Sc.indoflashlight

Plato 427-347 SM Negarawan;




Masih teringat keyakinan Plato (427 – 347 SM) bahwa seorang penguasa di-cita2kan dari seorang Ahli Negara yang baik, yang sejati, yang harus berpendirian sesuai Politika, dan yang harus selalu berusaha kearah kebajikan. 

Selanjutnya dari beberapa kamus seperti John M. Echols dan Hassan Shadily diperoleh padanan Stateman adalah Negarawan, Ahli Kenegaraan, sedangkan Statesmanlike adalah sebagai sifat Negarawan, Statemanship adalah Kenegarawanan, lalu dari Merriam Webster didapat Statesman adalah “a person engaged in fixing the policies and conducting the affairs of a government especially one wise and skilled in such matters, dan dari Collins dituliskan bahwa Statesman adalah experienced and respected political leader, begitu juga Webster’s American English menyatakan Statesman adalah “one skilled in government or diplomacy, dan Oxford menandai Statesman adalah “distinguished and capable politician or diplomat, serta Longman mencatat Statesman adalah “a political or governmental leader, especially one who is respected as being wise and fair, a respected elder statesman statesmanship.

Adapun Prof Drs S Wojowasito WJS Poerwadarminta berpendapat Statesman adalah Ahli Negara, Statesmanship adalah Kebijaksanaan dalam urusan Tata Negara. 

Sehingga dengan kata lain, Politisi terutama ketika menjadi Politisi Pejabat Publik pasca Pemilu, adalah profesi yang seharusnya mulia adanya, dan perlu dibedakan dengan Pejabat Publik Karir Profesional. Secara fisik, Pejabat Publik Karir Profesional adalah bernampak Pekerja Kantoran sebaliknya Politisi Pejabat Publik yang adalah Politisi Negarawan memang seharusnya tidak sekedar Pekerja Politik, artinya ruang kerjanya lebih di ruang2 terbuka, dengan kata lain Pekerja Luar Ruang atau bukan Pekerja Kantoran karena memang kesehariannya adalah mengemban aspirasi rakyat konstituen sehingga mayoritas waktunya adalah bertatapmuka dengan rakyat konstituen, menghadiri temu2 publik, rapat2 kerja dan sidang2 pengambilan keputusan.

Oleh karena itulah, sungguh ganjil bilamana ada pendapat bahwa Politisi Parlemen di Senayan perlu ruang kerja pribadi seperti eselon 1 atau 2 di lembaga2 pemerintah yang memang berpola kerja eksekutif. 

Beberapa pendapat bahwa cukup bertempat kerja di-tenda2 (yang dapat berperan ganda sebagai tempat temu publik) adalah sudah benar menunjukkan sikap dan kesadaran bahwa memang Politisi Senayan bukan Pekerja Kantoran tetapi Pekerja Luar Ruang. Singkat kata, persepsi memang perlu diluruskan agar tidak bermuara pada kontroversi seperti pandangan perlu atau tidaknya bergedung baru dengan ruang kerja pribadi setara kamar “suite” hotel bintang lima.


Pelurusan persepsi ini akan dapat berhasil dilakukan bilamana dibarengi pemahaman antara lain Jiwa, Semangat, Nilai2 45 (JSN45) seperti Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; Jiwa dan Semangat Merdeka; Nasionalisme; Patriotisme; Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka; Pantang mundur dan tidak kenal menyerah; Persatuan dan kesatuan; Anti penjajah dan penjajahan; Percaya kepada diri sendiri dan atau percaya kepada kekuatan dan kemampuan sendiri; Percaya kepada depan yang gemilang dari bagsanya; Idealisme kejuangan yang tinggi; Berani, rela dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa dan Negara; Kepahlawanan; Sepi ing pamrih, rame ing gawe; Kesetiakawanan, senasib sepenanggungan dan kebersamaan; Disiplin yang tinggi; Ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

Capaian Muara berikutnya setelah mengendapkan pemahaman JSN45 itu adalah status kejiwaan meningkat menjadi Politisi Negarawan 45 sehingga pada saatnya dapat terlepas dari dikotomi Pengemban Suara Rakyat atau Pengemban Kebijakan Partai Politik.

Selamat Ulang Tahun ke-100 Intitut Teknologi Bandung.


Saya merasa senang dan bangga telah hadir -- walau pun secara virtual -- di tengah keluarga besar Institut Teknologi Bandung (ITB), siang tadi, dalam peringatan 100 tahun institusi pendidikan teknik tertua di Indonesia itu.

Di ITB inilah, Soekarno menimba ilmu dan kepemimpinan, Djuanda Kartawidjaja belajar dan membangun kecintaan pada tanah air, BJ Habibie mengawali jejak sebagai engineer, dan banyak tokoh besar bangsa yang lainnya lahir.

Selain masyhur sebagai perguruan tinggi teknik, ITB juga mengembangkan pendidikan seni, humaniora, dan kebudayaan. Kita mengenal Sjafei Sumardja yang giat mengembangkan pendidikan seni, musisi legendaris Indonesia Sam Bimbo, seniman I Nyoman Nuarta, atau Iskandar Alisyahbana, bapak sistem komunikasi satelit kita. Dan masih banyak lagi lulusan ITB lain.

Semua itu menunjukkan bahwa ITB sangat mewarnai perjalanan besar sejarah Indonesia. Harapan saya di tengah persaingan global yang semakin kompetitif, peran pendidikan tinggi termasuk ITB, harus semakin signifikan untuk menjadi pemandu perubahan besar, menggagas inovasi dan terobosan, dan membuat Indonesia semakin disegani dunia.

KEBIJAKAN PIMPINAN DAERAH MEMBANGUN KABUPATEN KONSERVASI

Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...