Apriyan Sucipto

Rimba Raya
Thursday, May 21, 2020
KATA-KATA Inspiratif BAPAK PRESIDEN RI H. Ir. JOKO WIDODO
KATA-KATA Inspiratif BAPAK PRESIDEN RI H. Ir. JOKO WIDODO
"Saat orang berkata buruk tentang kita, padahal kita tidak pernah mengusik kehidupan mereka. Itu tandanya kehidupan kita lebih indah”
“Kehidupan adalah kerja dan cinta,. Itu harus kita jalani dengan sederhana saja”
"Bangsa Indonesia tidak ingin menjadi macan,. melainkan menaklukkan macan. Karena bangsa Indonesia tidak ingin ditakuti,. melainkan harus jadi bangsa yang disegani”
“Dalam memimpin, saya jadikan rakyat sebagai konsumen. Dan konsumen itu adalah raja,.!”
“Saat seseorang tak menemukan celah untuk mencari kesalahan kita, cara yang digunakan adalah fitnaah”
“Jika ingin lebih maju, maka rakyat juga harus bekerja sama. Bukan hanya mengulurkan tangan kepada pemimpin INI dan ITU”
“Dibutuhkan kepemimpinan yang mampu memecah keheningan,. menerobos dengan gebrakan, bukan yang monoton dan rutinitas sehingga membosankan”
“Memang baik jadi orang penting, tapi lebih penting jadi orang baik,. dan yang terpenting lagi,. jadilah orang penting yang baik”
“Melihat dengan mata kita. Mendengar dengan telinga kita. Berbicara dengan suara kita"
"Pemimpin rakyat lahir dari rakyat”
“Pemimpin adalah ketegasan tanpa ragu”
“Pemimpin itu harus bisa melihat hal kecil yang perlu diperbaiki”
“Kalau perkampungan membaik,. maka secara otomatis perkotaan akan membaik juga”
“Masa kecil saya adalah pembelajaran pertama tentang bagaimana untuk memahami kehidupan sebagai rakyat kecil”
“Kehormatan hidup itu ada ketika namamu melekat di hati orang-orang di sekitarmu dan kerjamu bermanfaat untuk mereka dan rakyat banyak”
“Jangan takut untuk mendobrak kebiasaan lama dengan cara dan pemikiran yang keluar dari pakem”
“Perubahan tidak akan pernah ada tanpa kemauan dan keberanian yang juga harus diiringi kebersamaan”
“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering kali, ketakutan kitalah yang membuat jadi sulit. Jadi, janganlah mudah menyerah"
“Ibadah yang berkualitas itu tampak dari perilakunya,. Rendah hati dan tidak emosional”
“Kalau kita ingin maju, ya harus berubah. Kalau mau berubah tapi diam saja, ya namanya MENGKHAYAL...!!
#Copas 😁
Wednesday, May 20, 2020
Dunia Industri Harus berani berinovasi, dan Masyarakat pun cinta akan produk produk dalam Negeri.
Dunia sedang beradu cepat dalam menangani wabah Covid-19. Kita harus menjawabnya dengan inovasi dan karya nyata. Dan melihat besarnya semangat inovasi anak-anak bangsa ini, saya optimistis bahwa hal-hal yang dahulu dianggap tak mungkin dan tak terpikirkan, kini bisa dilakukan secara mandiri. Saya bahkan berharap lebih jauh, bahwa kita mampu menghasilkan vaksin sendiri.
Saya gembira, lembaga Eijkman sudah mendapatkan data mengenai tujuh urutan genome lengkap yang sangat berguna untuk pengembangan vaksin. Saya juga senang komunitas peneliti terus bekerja untuk menemukan obat dan terapi yang efektif bagi pengobatan Covid-19.
Untuk itu, diperlukan kerja sama dan kolaborasi erat antarkekuatan anak bangsa. Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri, serta masyarakat harus saling bergandeng tangan untuk mewujudkannya.
Dunia industri harus berani berinvestasi, masyarakat juga mencintai produk-produk dalam negeri, dan kita terus-menerus memperbaiki ekosistem yang kondusif bagi bagi tumbuh dan berkembangnya inovasi dan industrialisasi serta mentalitas bangga kepada produk dalam negeri.
Ir. Joko Widodo
Signifikansi Nilai Kebangkitan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19
LP3ES
Rabu 20 May 2020
Oleh : Dahlan Iskan
Sudah lebih enam tahun saya puasa bicara BUMN di depan umum. Senin kemarin pecah telur.
Minggu lalu saya memang dalam kebimbangan besar. Mau atau tidak. Untuk berbicara di depan umum --dengan tema BUMN. Biasanya saya tegas saja: tidak mau.
Kali ini yang minta adalah LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Lewat direkturnya yang baru: Prof. Dr. Didik J Rachbini.
Sungguh kurang ajar kalau sampai saya menolak. Dan lagi menteri BUMN-nya kan sudah berganti. Saya merasa banyak kecocokan dengan Erick Thohir --menteri BUMN yang sekarang.
Dengan menteri yang lalu pun saya tidak punya masalah. Tapi rasanya tidak etis kalau saya mengomentari kebijakan pengganti saya. Saya pun memilih bersikap diam.
Memang sesekali saya menyinggung dalam tulisan. Tapi sangat terkontrol. Misalnya saat BUMN berhasil mengambil alih Freeport. Saya memberikan pujian.
Lalu soal blackout listrik akibat pohon sengon yang bergoyang di dekat Semarang.
Selebihnya saya selalu menolak undangan seminar. Juga menolak wawancara koran maupun televisi.
Tapi Senin lalu saya harus 'berkhianat'. LP3ES terlalu berarti bagi perjalanan hidup saya.
Peristiwanya terjadi tahun 1975.
Saat saya masih bujangan.
Umur saya baru 24 tahun.
Saya adalah reporter sebuah koran kecil di kota yang amat kecil: Samarinda. Korannya empat halaman. Terbitnya seminggu sekali. Sering juga tidak terbit.
Teknologi koran itu membuat saya bersyukur: bisa merasakan seperti hidup di tahun 1940-an. Penyusunan huruf di percetakannya persatu huruf.
Huruf itu terbuat dari timah. Huruf 'a' berkumpul menjadi satu di satu kotak. Demikian juga 'b', 'c' dan seterusnya. Lalu ada kotak-kotak lain untuk huruf besar.
Pegawai penyusun huruf itu sering tidak masuk. Itu memberi kesempatan pada saya untuk belajar menyusunnya secara benar.
Akhirnya bisa.
Saya sering tidak perlu menulis berita. Hasil wawancara langsung saya susun di tempat huruf-huruf itu. Saya juga bisa memutar mesin cetak yang masih menggunakan tangan.
Saya beruntung mengalami zaman paling belakang di teknologi cetak. Kalau ke museum --di Amerika, misalnya-- saya bisa menjelaskan bagaimana cara kerja benda kuno itu.
Setahun di koran itu saya mendengar ada pengumuman: LP3ES menyelenggarakan pendidikan wartawan muda --khusus dari daerah-daerah. Tujuannya: untuk mendorong demokratisasi di daerah-daerah --lewat pers yang maju.
Peminatnya banyak sekali. Lebih 1.000 orang. Tapi hanya 10 orang yang akan diterima. Seleksi pun diadakan di seluruh Indonesia.
Salah seorang pimpinan LP3ES datang ke Samarinda. Saya masih ingat namanya: Arselan Harahap. Kalau tidak ada 'Harahap' di belakang nama itu saya kira ia orang Jogja. Sopannya luar biasa. Halusnya sangat lembut. Mirip kehalusan pembawaan politisi Akbar Tanjung.
Saya lolos seleksi.
Saya harus ke Jakarta. Selama 3 bulan. Senangnya bukan main. Bisa melihat Jakarta.
Kami --dari Medan, Padang, Palembang, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Banjarmasin, Mataram dan Samarinda-- diasramakan di Wisma Seni, Taman Ismail Marzuki.
Malam hari kami dididik teori jurnalistik. Tempatnya di kantor LP3ES --saat itu di Jalan Jambu, Jakarta. Dari TIM kami berjalan kaki ke tempat pendidikan itu.
Pengajar jurnalistiknya Amir Daud --wartawan senior saat itu. Kami diawasi dari malam ke malam. Sesekali pimpinan tertinggi LP3ES meninjau kami: Nono Anwar Makarim (ayahanda Mendikbud sekarang) dan wakilnya, Ismet Hadad.
Siang hari kami disebar ke tempat praktik: dititipkan di koran-koran nasional. Siapa-magang-di-mana ditentukan lewat undian.
Sebelum undian saya berdoa keras: semoga dapat tempat magang di harian Kompas. Itulah koran paling bergengsi saat itu. Koran terbesar di Indonesia.
Kalaupun meleset, semoga di majalah TEMPO.
Ada doa tambahan: semoga jangan mendapat undian di harian PosKota. Yang terkenal sebagai spesialisasi berita kriminal.
Kompas dan TEMPO adalah bacaan saya setiap hari di Samarinda. Tiap habis maghrib saya ke agen koran: tidak sabar mendapat koran keesokan harinya.
Saya begitu mengidolakan wartawan-wartawan Kompas seperti Emmanuel Subangun dan Parakitri Simbolon. Saya hafal semua nama redaktur TEMPO dan wartawannya.
Nama seperti Salim Said, Syu'bah Asa, Putu Wijaya, George Yunus Adicondro hafal lengkap dengan foto wajah mereka. Apalagi unsur pimpinannya: saya dewakan.
Dan saya mendapat undian di Majalah TEMPO --alhamdulillah. Kantornya masih di Jalan Senin Raya 83. Di lantai atas sebuah toko.
Di TEMPO saya hanya akan 1,5 bulan. Akan ada rotasi. Saya harus pindah ke media lain. Diundi lagi.
Saya berdoa keras lagi: agar mendapat tempat di Kompas. Pokoknya jangan sampai di PosKota.
Arselan Harahap datang ke TEMPO. Untuk menjemput saya. Waktu magang di situ sudah habis.
Tiba-tiba Arselan marah sekali. "Anda tidak boleh dipindah dari TEMPO," ujarnya. "Pimpinan TEMPO minta agar Anda tetap di sini," tambahnya. "Ini merusak program LP3ES," gerutunya.
Saya diam saja.
Dalam hati saya senang sekali.
Hari berikutnya saya diberitahu oleh pimpinan redaksi TEMPO. "Saya minta Anda tetap di TEMPO," ujar Bur Rasuanto --nama aslinya Burhanuddin Rasuan. Rasuan adalah nama kampungnya di Ogan Komiring Ulu, Sumsel.
Bur adalah sastrawan besar. Novelnya, Tuyet, saya baca dua kali. Ia-lah yang menciptakan kata 'santai' menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. Konon kata itu ia comot dari bahasa di daerahnya.
Di masa tuanya almarhum Mas Bur --begitu saya memanggilnya-- menjadi dosen filsafat di Universitas Indonesia.
Senin lalu saya bertemu kembali dengan Arselan Harahap. Lewat Zoom. Masih bekerja untuk LP3ES. Lagi menyelesaikan buku tentang Bung Hatta.
Wajahnya masih sangat segar. Gaya Jogja-nya masih sangat lembut --ia alumnus Universitas Gajah Mada.
"Dahlan, Anda berkhianat dua kali," ujarnya sambil tertawa ngakak.
Yang satunya apa ya?
"Berdasarkan kontrak, Anda harus kembali ke Samarinda. Untuk memajukan koran di Kaltim," katanya.
Rupanya Arselan lupa.
Saya benar-benar sudah kembali ke Kaltim. Ke Samarinda. Tetap bekerja lagi di koran Mimbar Masyarakat --koran mahasiswa yang beralih ke koran umum.
Memang, ketika pendidikan di LP3ES itu berakhir Mas Bur minta saya: jangan pulang. "Anda di Jakarta saja. Anda memenuhi syarat jadi wartawan TEMPO," ujarnya.
Tapi saya menjawab bahwa saya terikat kontrak. Mas Bur ngotot. Tapi saya tidak mau. "Ya sudah. Anda pulang ke Kaltim tapi jadi wartawan TEMPO juga di sana," ujarnya.
"Bolehkah saya tetap merangkap di Mimbar Masyarakat?“ tanya saya.
"Boleh," jawabnya.
Besoknya saya pulang ke Samarinda. Sudah membawa kartu pers sebagai wartawan TEMPO. Gagahnya bukan main --menurut perasaan saya.
Begitulah. Kalau Senin lalu saya 'berkhianat' lagi, ceritanya seperti itu. Saya tidak senang, tapi apa boleh buat.
Sebenarnya masih ada satu 'pengkhianatan' lagi. Tahun kedua sebagai wartawan TEMPO saya 'berselingkuh'. Setiap hari saya menulis berita untuk harian Kompas.
Menunggu tulisan dimuat di TEMPO terlalu lama --maklum mingguan. Di Kompas begitu cepat prosesnya. Hari ini dikirim, besoknya sudah bisa dibaca.
Enam bulan kemudian, seorang redaktur Kompas ke Samarinda. Khusus untuk menemui saya. Ia minta saya monoloyalitas --hanya menulis untuk Kompas. Saya akan secara resmi diangkat sebagai wartawan Kompas.
Saya yang justru gementeran.
Saya mengalami kesulitan bagaimana bisa pamit dari TEMPO.
Justru saat itu saya menolak dikawini Kompas. Saya pun mengirim surat ke pimpinan TEMPO. Saya menceritakan perselingkuhan saya itu. Lalu minta maaf. Tobat. Sejak itu saya menyatakan kesetiaan seumur hidup pada TEMPO.
Bahwa kemudian saya tidak di TEMPO lagi sepenuhnya itu atas penugasan resmi dari TEMPO.
Semua itu karena LP3ES. Bagaimana bisa saya menolak untuk sekedar berbicara tentang BUMN --di Zoom.
Ampunilah.(Dahlan Iskan)
https://www.disway.id/r/942/lp3es
Rabu 20 May 2020
Oleh : Dahlan Iskan
Sudah lebih enam tahun saya puasa bicara BUMN di depan umum. Senin kemarin pecah telur.
Minggu lalu saya memang dalam kebimbangan besar. Mau atau tidak. Untuk berbicara di depan umum --dengan tema BUMN. Biasanya saya tegas saja: tidak mau.
Kali ini yang minta adalah LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Lewat direkturnya yang baru: Prof. Dr. Didik J Rachbini.
Sungguh kurang ajar kalau sampai saya menolak. Dan lagi menteri BUMN-nya kan sudah berganti. Saya merasa banyak kecocokan dengan Erick Thohir --menteri BUMN yang sekarang.
Dengan menteri yang lalu pun saya tidak punya masalah. Tapi rasanya tidak etis kalau saya mengomentari kebijakan pengganti saya. Saya pun memilih bersikap diam.
Memang sesekali saya menyinggung dalam tulisan. Tapi sangat terkontrol. Misalnya saat BUMN berhasil mengambil alih Freeport. Saya memberikan pujian.
Lalu soal blackout listrik akibat pohon sengon yang bergoyang di dekat Semarang.
Selebihnya saya selalu menolak undangan seminar. Juga menolak wawancara koran maupun televisi.
Tapi Senin lalu saya harus 'berkhianat'. LP3ES terlalu berarti bagi perjalanan hidup saya.
Peristiwanya terjadi tahun 1975.
Saat saya masih bujangan.
Umur saya baru 24 tahun.
Saya adalah reporter sebuah koran kecil di kota yang amat kecil: Samarinda. Korannya empat halaman. Terbitnya seminggu sekali. Sering juga tidak terbit.
Teknologi koran itu membuat saya bersyukur: bisa merasakan seperti hidup di tahun 1940-an. Penyusunan huruf di percetakannya persatu huruf.
Huruf itu terbuat dari timah. Huruf 'a' berkumpul menjadi satu di satu kotak. Demikian juga 'b', 'c' dan seterusnya. Lalu ada kotak-kotak lain untuk huruf besar.
Pegawai penyusun huruf itu sering tidak masuk. Itu memberi kesempatan pada saya untuk belajar menyusunnya secara benar.
Akhirnya bisa.
Saya sering tidak perlu menulis berita. Hasil wawancara langsung saya susun di tempat huruf-huruf itu. Saya juga bisa memutar mesin cetak yang masih menggunakan tangan.
Saya beruntung mengalami zaman paling belakang di teknologi cetak. Kalau ke museum --di Amerika, misalnya-- saya bisa menjelaskan bagaimana cara kerja benda kuno itu.
Setahun di koran itu saya mendengar ada pengumuman: LP3ES menyelenggarakan pendidikan wartawan muda --khusus dari daerah-daerah. Tujuannya: untuk mendorong demokratisasi di daerah-daerah --lewat pers yang maju.
Peminatnya banyak sekali. Lebih 1.000 orang. Tapi hanya 10 orang yang akan diterima. Seleksi pun diadakan di seluruh Indonesia.
Salah seorang pimpinan LP3ES datang ke Samarinda. Saya masih ingat namanya: Arselan Harahap. Kalau tidak ada 'Harahap' di belakang nama itu saya kira ia orang Jogja. Sopannya luar biasa. Halusnya sangat lembut. Mirip kehalusan pembawaan politisi Akbar Tanjung.
Saya lolos seleksi.
Saya harus ke Jakarta. Selama 3 bulan. Senangnya bukan main. Bisa melihat Jakarta.
Kami --dari Medan, Padang, Palembang, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Banjarmasin, Mataram dan Samarinda-- diasramakan di Wisma Seni, Taman Ismail Marzuki.
Malam hari kami dididik teori jurnalistik. Tempatnya di kantor LP3ES --saat itu di Jalan Jambu, Jakarta. Dari TIM kami berjalan kaki ke tempat pendidikan itu.
Pengajar jurnalistiknya Amir Daud --wartawan senior saat itu. Kami diawasi dari malam ke malam. Sesekali pimpinan tertinggi LP3ES meninjau kami: Nono Anwar Makarim (ayahanda Mendikbud sekarang) dan wakilnya, Ismet Hadad.
Siang hari kami disebar ke tempat praktik: dititipkan di koran-koran nasional. Siapa-magang-di-mana ditentukan lewat undian.
Sebelum undian saya berdoa keras: semoga dapat tempat magang di harian Kompas. Itulah koran paling bergengsi saat itu. Koran terbesar di Indonesia.
Kalaupun meleset, semoga di majalah TEMPO.
Ada doa tambahan: semoga jangan mendapat undian di harian PosKota. Yang terkenal sebagai spesialisasi berita kriminal.
Kompas dan TEMPO adalah bacaan saya setiap hari di Samarinda. Tiap habis maghrib saya ke agen koran: tidak sabar mendapat koran keesokan harinya.
Saya begitu mengidolakan wartawan-wartawan Kompas seperti Emmanuel Subangun dan Parakitri Simbolon. Saya hafal semua nama redaktur TEMPO dan wartawannya.
Nama seperti Salim Said, Syu'bah Asa, Putu Wijaya, George Yunus Adicondro hafal lengkap dengan foto wajah mereka. Apalagi unsur pimpinannya: saya dewakan.
Dan saya mendapat undian di Majalah TEMPO --alhamdulillah. Kantornya masih di Jalan Senin Raya 83. Di lantai atas sebuah toko.
Di TEMPO saya hanya akan 1,5 bulan. Akan ada rotasi. Saya harus pindah ke media lain. Diundi lagi.
Saya berdoa keras lagi: agar mendapat tempat di Kompas. Pokoknya jangan sampai di PosKota.
Arselan Harahap datang ke TEMPO. Untuk menjemput saya. Waktu magang di situ sudah habis.
Tiba-tiba Arselan marah sekali. "Anda tidak boleh dipindah dari TEMPO," ujarnya. "Pimpinan TEMPO minta agar Anda tetap di sini," tambahnya. "Ini merusak program LP3ES," gerutunya.
Saya diam saja.
Dalam hati saya senang sekali.
Hari berikutnya saya diberitahu oleh pimpinan redaksi TEMPO. "Saya minta Anda tetap di TEMPO," ujar Bur Rasuanto --nama aslinya Burhanuddin Rasuan. Rasuan adalah nama kampungnya di Ogan Komiring Ulu, Sumsel.
Bur adalah sastrawan besar. Novelnya, Tuyet, saya baca dua kali. Ia-lah yang menciptakan kata 'santai' menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. Konon kata itu ia comot dari bahasa di daerahnya.
Di masa tuanya almarhum Mas Bur --begitu saya memanggilnya-- menjadi dosen filsafat di Universitas Indonesia.
Senin lalu saya bertemu kembali dengan Arselan Harahap. Lewat Zoom. Masih bekerja untuk LP3ES. Lagi menyelesaikan buku tentang Bung Hatta.
Wajahnya masih sangat segar. Gaya Jogja-nya masih sangat lembut --ia alumnus Universitas Gajah Mada.
"Dahlan, Anda berkhianat dua kali," ujarnya sambil tertawa ngakak.
Yang satunya apa ya?
"Berdasarkan kontrak, Anda harus kembali ke Samarinda. Untuk memajukan koran di Kaltim," katanya.
Rupanya Arselan lupa.
Saya benar-benar sudah kembali ke Kaltim. Ke Samarinda. Tetap bekerja lagi di koran Mimbar Masyarakat --koran mahasiswa yang beralih ke koran umum.
Memang, ketika pendidikan di LP3ES itu berakhir Mas Bur minta saya: jangan pulang. "Anda di Jakarta saja. Anda memenuhi syarat jadi wartawan TEMPO," ujarnya.
Tapi saya menjawab bahwa saya terikat kontrak. Mas Bur ngotot. Tapi saya tidak mau. "Ya sudah. Anda pulang ke Kaltim tapi jadi wartawan TEMPO juga di sana," ujarnya.
"Bolehkah saya tetap merangkap di Mimbar Masyarakat?“ tanya saya.
"Boleh," jawabnya.
Besoknya saya pulang ke Samarinda. Sudah membawa kartu pers sebagai wartawan TEMPO. Gagahnya bukan main --menurut perasaan saya.
Begitulah. Kalau Senin lalu saya 'berkhianat' lagi, ceritanya seperti itu. Saya tidak senang, tapi apa boleh buat.
Sebenarnya masih ada satu 'pengkhianatan' lagi. Tahun kedua sebagai wartawan TEMPO saya 'berselingkuh'. Setiap hari saya menulis berita untuk harian Kompas.
Menunggu tulisan dimuat di TEMPO terlalu lama --maklum mingguan. Di Kompas begitu cepat prosesnya. Hari ini dikirim, besoknya sudah bisa dibaca.
Enam bulan kemudian, seorang redaktur Kompas ke Samarinda. Khusus untuk menemui saya. Ia minta saya monoloyalitas --hanya menulis untuk Kompas. Saya akan secara resmi diangkat sebagai wartawan Kompas.
Saya yang justru gementeran.
Saya mengalami kesulitan bagaimana bisa pamit dari TEMPO.
Justru saat itu saya menolak dikawini Kompas. Saya pun mengirim surat ke pimpinan TEMPO. Saya menceritakan perselingkuhan saya itu. Lalu minta maaf. Tobat. Sejak itu saya menyatakan kesetiaan seumur hidup pada TEMPO.
Bahwa kemudian saya tidak di TEMPO lagi sepenuhnya itu atas penugasan resmi dari TEMPO.
Semua itu karena LP3ES. Bagaimana bisa saya menolak untuk sekedar berbicara tentang BUMN --di Zoom.
Ampunilah.(Dahlan Iskan)
https://www.disway.id/r/942/lp3es
Tuesday, May 19, 2020
Menkumham dan Jaksa Agung Dijadwalkan Hadiri Sidang Gugatan Perppu
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Hamonangan Laoly memastikan, bakal hadir dalam sidang lanjutan uji materi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Sidang tersebut akan digelar di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (20/5) besok.
“Saya bersama Menteri Keuangan dan Jaksa Agung dipastikan hadir di sidang MK besok. Meski Objectum Litis (Perppu) yang dimohonkan pengujian oleh pemohon sudah tidak ada, karena sudah disahkan presiden dan diundangkan Menkumham menjadi Undang-Undang,” kata Yasonna dalam keterangannya, Selasa (19/5).
Sesaat setelah diterbitkan, Perppu Nomor 1 Tahun 2020 itu digugat oleh tiga pemohon ke MK. Ketiganya adalah Perkumpulan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) dan kawan-kawan, Din Syamsuddin serta Amien Rais dan aktivis Damai Hari Lubis.
Namun, satu dari tiga pemohon uji materi mencabut gugatannya. Gugatan yang dicabut adalah yang dimohonkan oleh aktivis Damai Hari Lubis. Sementara dua gugatan lain yang dimohonkan oleh MAKI, serta Din Syamsuddin dan Amien Rais tetap dilanjutkan.
Saya bersama Menteri Keuangan dan Jaksa Agung dipastikan hadir di sidang MK besok. Meski Objectum Litis (Perppu) yang dimohonkan pengujian oleh pemohon sudah tidak ada, karena sudah disahkan presiden dan diundangkan Menkumham menjadi Undang-Undang,” kata Yasonna dalam keterangannya, Selasa (19/5)
Yasonna menegaskan, pasal 27 dalam Perppu tersebut hanya memberikan jaminan bagi pelaksana Perppu, agar tidak khawatir dalam mengambil keputusan secara cepat. Dia memastikan, tidak ada istilah kebal hukum bagi pihak-pihak yang menjadi pelaksana Perppu.
“Pasal 27 pada Perppu tersebut tidak berarti menghapus delik korupsi. Pasal 27 hanya memberi jaminan agar pelaksana perppu tidak khawatir dalam mengambil keputusan karena kondisi saat ini memerlukan keputusan yang cepat,” tegas Yasonna.
Politikus PDI Perjuangan ini menyebut, aparat penegak hukum dipastikan tetap biaa memproses jika terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaan Perppu Covid-19.
“Tidak ada yang namanya kebal hukum bila terjadi korupsi. Bila ditemui bukti adanya keputusan yang dibuat sengaja menguntungkan diri atau kelompoknya, tetap akan diproses di pengadilan dan ditindak secara hukum,” tukas Yasonna.
Monday, May 18, 2020
JAWA POS TV: *"Permasalahan Virus itu simple, yang gak simple Gorengan virusnya", Mohamad Indro Cahyono - Ahli Virus WNI.*
PEMERIKSAAN FAKTA
Berdasarkan penjelasan dari ahli virus Indro Cahyono di akun Facebook-nya pada 31 Maret 2020, pesan berantai di atas hanya mencatut namanya dan bukan berasal dari dirinya. "Pesan ini seolah-olah memberikan pesan positif padahal isinya sangat menyesatkan," kata dokter hewan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada tersebut.
Indro pun menulis perbaikan terhadap pesan berantai itu. Berikut ini perbandingan antara pesan berantai di atas dengan perbaikan dari Indro:
Pesan berantai poin 1: Virus (termasuk Covid-19) adalah benda mati yang dapat hidup di media hidup. Namun, ada catatannya. Kalau misalnya ada orang yang sudah terinfeksi mengeluarkan droplet (cairan flu atau ludah), lalu kena di baju, kain, atau meja, maka dia tetap hidup selama droplet itu belum mengering. Kalau baju dicuci atau setidak-tidaknya mengering sendiri karena pengaruh lingkungan, misalnya karena panas atau hembusan angin, maka virusnya akan mati. Begitu pun di meja, kursi, lantai, karpet, dan sejenisnya. Kalau sudah mengering, ya sudah virusnya akan mati.
Revisi dari Indro: Virus (termasuk Covid-19) hanya bisa bertahan hidup di media yang gelap, basah, dan dingin. Dia tidak bisa bertahan hidup lama tanpa perantara media tersebut. Jika misalnya ada orang yang sudah terinfeksi mengeluarkan droplet (cairan lendir atau ludah), lalu kena di baju, kain, atau meja, maka dia tetap hidup selama droplet itu belum mengering. Jika baju dicuci atau setidak-tidaknya mengering sendiri karena pengaruh lingkungan, misalnya karena panas atau disinfektan, maka virusnya akan mati. Begitu pun di meja, kursi, lantai, karpet, dan sejenisnya. Jika sudah mengering, ya sudah virusnya akan mati.
Pesan berantai poin 2: Virus ini tidak bisa hidup di udara. Dia hanya jadi butir-butir kristal saja. Semua jenis virus, mau virus flu, TB, paru, dan lain-lain. Bagaimana dengan berjabat tangan? Sama seperti penjelasan nomor satu. Walau tangan ini termasuk bagian hidup, tapi selama dropletnya kering, dibersihkan, maka virus pun akan mati. Karena virus hanya bisa masuk lewat tiga jalur yakni mata, hidung, dan mulut. Maka, jika selesai berjabat tangan, dianjurkan membasuhnya dengan Antis, sabun, air panas, asing, atau cairan cuka/asam.
Revisi dari Indro: Virus ini tidak bisa hidup di udara. Dia hanya bisa hidup di droplet dan kemudian jatuh ke bawah. Semua jenis virus, mau virus flu, atau virus lain, sifatnya sama. Bagaimana dengan berjabat tangan? Sama seperti penjelasan nomor satu. Walau tangan ini termasuk bagian hidup, tapi selama dropletnya kering, dibersihkan dengan sabun atau hand sanitizer, maka virus pun akan hacur. Karena virus hanya bisa masuk lewat dua jalur, yakni hidung, dan mulut. Maka, jika selesai berjabat tangan, dianjurkan membasuhnya dengan sabun atau hand sanitizer.
Pesan berantai poin 3: Virus tidak bisa hidup di air panas, air asin, cuka, atau cairan asam. Maka, jika sudah terinfeksi, segera konsumsi vitamin E (brokoli, kelor) dan vitamin C (jeruk, mangga, dan lain-lain).
Revisi dari Indro: Virus bisa dinetralkan oleh antibody dari dalam tubuh dan antibody bisa dinaikan produksinya dengan konsumsi vitamin E dan C. Budayakan untuk mengkonsumsi vitamin E (brokoli, kelor) dan vitamin C (jeruk, mangga, dan lain-lain) selama masa wabah Covid-19.
Pesan berantai poin 4: Yang terinfeksi atau dinyatakan positif berpeluang sembuh total bagi mereka yang ketahanan tubuhnya kuat, tidak memiliki riwayat penyakit bawaan seperti paru, TB, hippertensi, asma, kanker, dan tumor.
Revisi dari Indro: Yang terinfeksi atau dinyatakan positif berpeluang sembuh. Jika memiliki riwayat penyakit bawaan seperti paru, TB, hippertensi, asma, kanker, dan tumor, sebaiknya berkonsultasi ke dokter.
Pesan berantai poin 5: Bagi anak-anak muda atau yang ketahanan tubuhnya kuat yang sudah dinyatakan positif, cukup treatment (perlakuan) mandiri di rumah. Karena usia produktif, antibodinya berproduksi 2-3 kali lipat dibandingkan dengan manula. Antibodi pada hari ke 4-5 akan keluar untuk menyerang virus. Untuk menekan rasa stres, bagi yang sudah positif, cukup mengonsumsi vitamin dan antibiotik. Jangan ke RS yang sudah ditentukan karena itu diperuntukan bagi mereka yang produksi antibodinya rendah.
Revisi dari Indro: Bagi manusia yang ketahanan tubuhnya normal dan kemudian dinyatakan positif, dapat melakukan treatment (perlakuan) mandiri di rumah dengan cukup beristirahat, konsumsi vitamin E dan C dan madu, karena dengan asupan vitamin yang bagus, maka produksi antibodi bisa meningkat 2-3 kali lipat dari standard. Antibodi pada hari ke-7 akan diprodukai tubuh untuk menetralkan virus dan mencapai puncaknya pada hari 14. Jangan panik dan stress karena stress akan menekan siatem kekebalan kita. RS sebaiknya dikhususkan untuk kelompok risiko tinggi (lansia, pasien dengan komplikasi penyakit dan gangguan pernafasan kronis) sehingga RS tidak terlalu penuh dan membuat para pejuang kesehatan menjadi kerepotan dan kelelahan.
Pesan berantai poin 6: Jangan stres dan panik. Karena, jika stres dan panik, maka antibodinya akan lambat berproduksi. Dengan itulah kita mudah terserang. Apalagi, stres itu hanya membuat psikosomatik (kondisi jiwa yang tersugesti), lalu membuat tubuh lemah.
Revisi dari Indro: Jangan stres dan panik. Karena, jika stres dan panik, memicu reaksi psikosomatis yang berakibat pada menurunnya produksi antibodi dari dalam tubuh.
Pesan berantai poin 7: Virus yang dikatakan bertahan hidup di tempat basah lebih dari 9 jam itu hoaks. Di panci, di kardus, di udara, di gagang pintu, di aluminium, dan lainnya, itu hoaks. Sekali lagi, virus tidak dapat hidup di benda-benda mati. Jika dicurigai ada droplet di sana, maka cukup dibersihkan saja.
Revisi dari Indro: Virus tidak bisa bertahan hidup di tempat kering, terang, dan panas. Jika dicurigai ada droplet di perabot rumah, maka cukup dibersihkan saja dengan disinfektan atau cairan pembersih.
Pesan berantai poin 8: Pasien yang terinfeksi berpeluang sembuh seperti orang yang kena flu karena status positif itu sementara.
Revisi dari Indro: Pasien yang terinfeksi berpeluang sembuh dalam 14 hari jika rajin mengkonsumsi vitamin E dan C dan cukup istirahat.
Pesan berantai poin 9: Mantan pasien positif atau yang sudah sembuh berpeluang kecil untuk terinfeksi kembali. Asumsinya, di dalam tubuh kita ini, ada yang namanya sel memori. Jika dia terinfeksi kembali, maka masa inkubasinya tidak selama waktu awal terifeksi, hanya 24 jam (1 hari). Karena sel memorinya akan menampilkan data bawah orang ini pernah terinfeksi. Sehingga, sehari kena, besok atau paling lambat dua hari sudah sembuh lagi.
Revisi dari Indro: Manusia yang sudah pernah terinfeksi dan sembuh masih bisa terkena infeksi ulangan dari lapang, tapi sel memory tubuh akan mengeluarkan antibody lebih cepat (bukan 7 hari seperti infeksi pertama), tapi langsung keluar dalam waktu 1 hari (24 jam).
Penjelasan dari Indro Cahyono juga dimuat di situs media Detik.com. Menurut Indro, terdapat sebagian informasi yang benar dalam pesan berantai itu. "Tapi banyak fakta yang sengaja dipelintir sehingga akan memicu polemik," kata Indro.
Dilansir dari Suara.com, Indro Cahyono juga menyatakan bahwa bukan dia yang membuat dan menyebarkan pesan berantai tersebut. "Itu hoaks. Pesan inis eolah-olah memberikan pesan positif padahal isinya sangat menyesatkan," ujar Indro.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai yang berisi penjelasan ilmiah terkait Covid-19 di atas bukan berasal dari dokter hewan dan ahli virus Mohammad Indro Cahyono. Indro telah memastikan bahwa pembuat pesan yang disebarkan di WhatsApp itu telah mencatut namanya. Namun, ia juga telah membuat revisi terhadap poin-poin yang tercantum dalam pesan berantai tersebut
PENETAPAN BUNG KARNO SEBAGAI WALLIY AL-AMR AL-DLARURI
Pada tahun 1952, Bung Karno pernah meminta fatwa para ulama NU mengenai status pemerintahannya dari sudut pandang fikih. Para ulama tentu tidak langsung menjawab persoalan itu asal-asalan. Kajian mendalam dilakukan selama 2 tahun lamanya, yaitu melalui Konferensi Alim Ulama di Tugu Jawa Barat pada 12-13 Mei 1952, lalu Konferensi Alim Ulama yang diinisiasi oleh Menteri Agama di Bogor pada 4-5 Mei 1953 dan yang terakhir pada Konferensi Alim Ulama di Cipanas Bogor pada 2-7 Maret 1954.
Seperti diketahui, dalam referensi Islam, kepala pemerintahan itu lazim disebut Khalifah, Imam, Amir atau Waliyul amri. Akan tetapi para ulama NU menciptakan gelar baru yang belum pernah ada dalam referensi Islam klasik, yaitu “Waliyy al-Amr al-Dlaruri bi al-Syaukah” (baca: waliyyul amri addlaruri bissyaukah).
Waliyy al-Amr artinya pemegang otoritas. Kata al-Dlaruri bisa diartikan sebagai darurat. Sedangkan kata Syaukah memiliki arti duri atau senjata. Sehingga “Waliyy al-Amr al-Dlaruri bi al-Syaukah” bisa diartikan sebagai “pemegang otoritas di masa darurat dengan kekuasaan penuh”. Kata Dlaruri bi al-Syaukah dipakai karena secara de facto dan de jure saat itu, Bung Karnolah pemegang kendali kekuasaan atas angkatan bersenjata dan pemerintahan.
Ketetapan fikih tahun 1954 ini dinilai penting dilihat dari perspektif menjaga keutuhan NKRI, mengingat pada masa itu telah meletus berbagai pemberontakan bersenjata yakni Pemberontakan APRA pada 23 Januari 1950, Pemberontakan Andi Aziz pada 15 April 1950, Gerakan RMS dimulai pada 25 April 1950 dan yang paling besar, Pemberontakan DI/TII yang dimulai pada 7 Agustus 1949. Sementara situasi yang kondusif sangat dibutuhkan oleh negara yang baru merdeka untuk melakukan perubahan tatanan kolonial atau revolusi.
Dengan gelar ini, status kepresidenan Bung Karno tidak saja sah dan kokoh secara konstitusional tetapi juga secara spiritual keagamaan, sehingga wajib ditaati seluruh elemen bangsa.
(Sumber 📖: “Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama”, “Tinjauan Historis Pengangkatan Soekarno Sebagai Walliy Al-Amr Oleh NU” & rangkuman sumber lainnya.)
#jasmerah
#Apn5150
Sunday, May 17, 2020
MenjeLang Lebaran Bung Karno Tak Punya Uang
Menjelang Lebaran, Bung Karno menemui mantan Menteri Luar Negeri DR. Roeslan Abdoelgani untuk dicarikan uang...
“Cak, tilpuno Anang Thayib. Kondo’o nék aku gak duwé dhuwik,” kata Proklamator Kemerdekaan RI tersebut... ( Cak, teleponkan Anang Thayib. Beritahu kalau aku tak punya uang...)
Anang adalah keponakan Roeslan, tinggal di Gresik, seorang Pengusaha Peci ( kopiyah ) merek _Kuda Mas_ yang sering dikenakan oleh Soekarno.
“Beri aku satu peci bekasmu. Saya akan lelang,” kata Roeslan Abdoelgani.
“Bisa laku berapa, Cak..?” tanya Soekarno.
“Wis ta laa , serahno aé soal iku nang aku. Sing penting bèrès,” sahut Roeslan. ( Sudahlah, serahkan saja soal itu pada saya. Yang penting beres.. ).
Roeslan lalu menyerahkan kepada Anang satu peci yang bekas dipakai Soekarno.
Roeslan kaget ternyata jumlah peserta lelang begitu banyak, semuanya Pengusaha asal Gresik dan Surabaya. Tapi yang membuatnya sangat terkejut ternyata Anang melelang Tiga Peci...
“Saudara-saudara,” kata Anang. “Sebenarnya hanya satu peci yang pernah dipakai Bung Karno. Tetapi saya tidak tau lagi mana yang asli bekas Bung Karno...
Yang penting ikhlas atau tidak..?”
“Ikhlas..!!!” seru para peserta lelang antusias..
“Alhamdulillah,” sahut Anang.
Dalam waktu singkat terkumpul uang Sepuluh Juta Rupiah. ( kala itu sangat besar nilainya.. ). Semua uang itu segera diserahkan Anang kepada Roeslan.
“Hei... Asliné lak siji sé,” kata Roeslan. ( Yang asli cuma satu ‘kan..?)
“Iyaa. Sebenarnya dua peci lainnya itu yang akan saya berikan untuk Bung Karno,” kata Anang.
“Tapi kok kedua peci itu jelek..??”
“Memang sengaja saya buat jelek. Saya ludahi, saya basahi, saya kasih minyak, supaya kelihatan bekas dipakai,” sahut Anang...
“Koen iki kurang ajar Nang, mbujuki wong akèh,” Roeslan ekting ngamuk. ( Kamu kurang ajar Nang Nang. Nipu banyak orang.”).
“Nék gak ngono gak olèh dhuwik akèh,” enteng saja Anang njawabnya. ( Kalau nggak begitu mana mungkin bisa dapat banyak uang.. ).
Roeslan kemudian menyerahkan _semua uang hasil lelang_ kepada Soekarno.
“Cak, kok akeh men dhuwiké...??” Bung Karno kaget. ( Banyak banget uangnya..).
“Iku akal-akalané Anang,” jelas Roeslan. ( Itu semua akal-akalan Anang..)
Roeslan pun menceritakan bagaimana cara Anang menggandakan peci.
“Kurang ajar Anang..! Nék ngono sing duso aku apa Anang..??” tanya Bung Karno. ( Kalau begitu yang berdosa saya atau Anang..?).
“Anang...,” singkat aja sahutan Roeslan.
”Dhuwik sakmono akèhé jangé digawé apa Bung..?” tanya Roeslan. ( Uang begitu banyak sebenarnya akan digunakan untuk apa Bung..?”
“Gawé zakat fitrahku..."
"Gowoen kabèh dhuwik iki nang Makam Sunan Giri. Dumno nang wong-wong melarat nok kono,” kata Bung Karno. ( Untuk zakat fitrahku. Bawa semua uang ini ke Makam Sunan Giri. Bagikan pada orang-orang miskin di sana.....” jawab Soekarno.
Sumber :
Buku “Suka Duka Fatmawati Sukarno”
Sebagaimana diceritakan kepada Kadjat Adrai.
#Salam Seger Waras..
Subscribe to:
Posts (Atom)
KEBIJAKAN PIMPINAN DAERAH MEMBANGUN KABUPATEN KONSERVASI
Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...

-
Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...
-
(Sebuah draf naskah sinetron. Nama, tempat, dan peristiwa hanya rekaan belaka) Dalam rentang dua minggu setelah Penahanan Misno, pe...
-
Pada Abad pertengahan, ( Perang Salib) di Notingham ada Kisah tentang Robin Hood, Berdasarkan sejarah , Robin Hood merupakan tentara ...