Industri sektor pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang memberikan dampak besar bagi kemajuan suatu negara. Dampak besar yang bisa diperoleh dari kemajuan industri sektor pariwisata tersebut diantaranya adalah meningkatnya pemasukan devisa negara dan peningkatan pendapatan nasional. Selain itu, bagi daerah tujuan wisata akan berdampak pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat dan juga akan berkembang seiring dengan kemajuan sektor pariwisata di daerah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata
berasal dari kata “Wisata” yang artinya adalah bepergian bersama (untuk
memperluas pengetahuan, bersenang-senang); bertamasya; piknik;. Sedangkan arti
kata “Pariwisata” adalah yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi;
pelancongan; turisme;. Jadi Pengertian Pariwisata adalah perjalanan dari suatu
tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan
lingkungan dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Menurut Pacific Association Of Travel Agent
(PATA), yang menjadi alasan orang melakukan perjalanan antara lain:
Keramahtamahan penduduk (Warm and Friendly People), Penginapan yang
menyenangkan (Comfortable Accomodation), Keindahan alam (Beautiful Natural
Scenery), Harga yang memuaskan (Reasonable Prices), Adat istiadat dan pandangan
hidup yang menarik (An Attractive Customer and Way Of Live), Cuaca yang baik (Good
Climate), Keindahan kreasi manusia (Beautiful Creation Of Man), Makanan yang
menarik (Outstanding Food), Pembelanjaan yang menarik (Good Shopping),
Lingkungan istimewa (Exotic Environment), Ikatan sejarah (Historical Of Family
Ties), dan Aktivitas rekreasi luar biasa (Exeptional Recreational Activities).
Berdasarkan jenisnya, wisata dibedakan menjadi
beberapa kategori, yaitu: Wisata Alam/Ekowisata (Ecotourism), Wisata Budaya
(Culture), Wisata Sejarah (Historical), Wisata Ziarah (Pilgrim), Wisata Boga /
Kuliner (Culinary), Wisata Belanja (Shopping), Wisata Pertanian (Agriculture),
dan Wisata Kelana/ Petualangan (Adventure). Wisatawan akan datang berkunjung ke
suatu d aerah tujuan wisata, bila di daerah tersebut terdapat daya tarik
(tourism resources) bagi wisatawan tersebut untuk datang berkunjung ke daerah
tersebut.
Menurut laporan World Tourism Organization (WTO)
menyatakan bahwa, ”Pariwisata internasional adalah penghasil devisa terbesar
dunia dan merupakan faktor penting dalam neraca pembayaran di banyak negara.
Penerimaan devisa dari pariwisata internasional mencapai 423 miliar dolar AS
pada tahun 1996, mengungguli ekspor produk minyak bumi, kendaraan bermotor,
peralatan telekomunikasi, tekstil maupun barang atau jasa lainnya”. Laporan
yang sama menyatakan, ”Pariwisata adalah industri yang paling berkembang pesat
di dunia,” dan industri itu menyumbang hingga ”10 persen Produk Domestik Bruto
dunia”. Tahun 2000 wisatawan manca negara (wisman) internasional mencapai
jumlah 698 juta orang yang mampu menciptakan pendapatan sebesar USD 476 milyar.
Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an
sebesar 4,2% sedangkan pertumbuhan penerimaan dari wisman sebesar 7,3 %, bahkan
di 28 negara pendapatan tumbuh 15 pesen per tahun. Pariwisata dapat
dikategorikan kedalam kelompok industri terbesar dunia (the world's largest
industry). Sekitar 8 persen dari ekspor barang dan jasa, pada umumnya berasal
dari sektor pariwisata. Dan Pariwisata menjadi penyumbang terbesar perdagangan
internasional dari sektor jasa, kurang lebih 37 persen, termasuk 5-top exports
categories di 83% negara WTO, sumber utama devisa di 38 persen negara dan di
Asia Tenggara pariwisata dapat menyumbangkan 10 – 12 persen dari GDP serta 7 –
8 persen dari total employement.
Prospek pariwisata ke depan pun sangat
menjanjikan dan memiliki peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka
perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism). Berdasarkan
perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang
(Tahun 2020), diantaranya masingmasing 231 juta dan 438 juta orang berada di
kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia
sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Hal tersebut juga tentu akan
meningkatkan jumlah bisnis, resort (tempat rekreasi), dan negara yang
menyediakan fasilitas bagi para turis.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki
potensi daerah wisata yang sangat besar. Kekayaan alam dan warisan budaya
tersebar dan terbentang dari sabang sampai merauke. Hal ini menjadi modal yang
kuat untuk berperan aktif dalam industri pariwisata sebagai daerah tujuan
wisata baik lokal maupun internasional. Para pelaku pariwisata Indonesia
terkait sebaiknya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab
tantangan sekaligus menangkap peluang yang terbuka. Pemanfaatan peluang harus
dilakukan melalui pendekatan “re-positioning”, dimana keberadaan masing-masing
kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk
pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber
daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi
standar internasional sehingga lebih menarik dan berdaya saing. Tahun 2019,
Trend perkembangan pariwisata menjadi lebih bervariatif dengan beberapa alternatif
daerah tujuan wisata. Salah satunya adalah Trend Ekowisata yang berawal dari
keprihatinan dunia terhadap kerusakan lingkungan yang salah satunya diakibatkan
oleh pembangunan fasilitas pendukung pariwisata. Hal ini termasuk akibat dari
pembangunan hotel dan vila di kawasan hijau. Selain itu, terdapat kecenderungan
mulai terkikisnya nilai tradisi dan budaya lokal akibat komersialisasi wisata.
Selain Ekowisata, ada beberapa tren yang
berkembang di tahun 2019 di Indonesia yaitu munculnya daerah tujuan wisata baru.Biasanya
kawasan baru ini bukan ditemukan oleh pihak yang secara formal mengurusi dan
berkecimpung di bidang pariwisata. Kawasan wisata baru justru banyak ditemukan
oleh kalangan anak muda dan blogger. Penyebaran informasi juga dengan mudah
melalui sosial media termasuk blog. Tahun–tahun sebelumnya kawasan baru lebih
banyak didominasi penemuan wisata alam yang masih belum terjamah sebelumnya.
Sebut saja berbagai pantai Gunung Kidul,
Yogyakarta dan Pantai Kiluan Lampung. Selanjutnya adalah ramainya pergelaran
MICE. MICE atau Meeting, Incentive, Convention, and Exibition baik nasional dan
internasional. Beberapa contoh kegiatan tersebut adalah perhelatan olahraga
yang akan kembali menjamur. Kalangan bisnis berjaringan dan perusahaan juga
masih menjadikan “paket liburan” sebagai bonus bagi karyawannya. MICE sendiri
juga merupakan strategi pemerintah untuk menarik banyak wisatawan. Hal ini
memungkinkan terjadi karena dalam MICE pasti banyak terjadi transaksi. Namun
patut dipikirkan juga kesiapan sumber daya manusia serta fasilitas pendukung
MICE. Kemudian Selanjutnya adalah kecenderungan Wisatawan mancanegara untuk
berwisata dipengaruhi kebijakan”free visa” atau bebas visa.Kebijakan bebas visa
diberlakukan untuk dari 5 negara, yaitu Tiongkok, Jepang, Rusia, Korea Selatan,
dan Australia. Dari 5 negara, wisatawan asal Tiongkok diperkirakan akan
mendominasi jumlah wisatawan yang datang ke Tanah Air. Kebijakan bebas visa ini
semakin mendorong wisatawan untuk datang ke Indonesia. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan asing yang datang
ke Indonesia mengalami peningkatan. Data lima tahun terakhir menunjukkan jumlah
kunjungan wisatawan asing Tahun 2010 sebesar 7.002.944 wisatawan. Tahun 2011
meningkat 9,2% menjadi 7.649.731 wisatawan. Tahun 2012 meningkat 5,1% menjadi
8.044.462 wisatawan. Tahun 2013 meningkat 9,4% menjadi sebesar 8.802.129
wisatawan. Tahun 2014 meningkat 7,1% menjadi sebesar 9.435.411 wisatawan. Dan
Tahun 2015 sebesar 10 juta jiwa juga akan terealisasi. Hal ini menunjukkan
kecenderungan peningkatan kunjungan wisatawan ke Indonesia.
Menurut Kementrian Pariwisata, Branding
“Wonderful Indonesia” yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia
berhasil mengalahkan “Truly Asia” milik Malaysia. Dalam Travel and Tourism
Competitiveness Index World Economic Forum, peringkat branding ‘Wonderful
Indonesia’ melesat ke posisi 47, mengalahkan Thailand (Amasing Thailand) dan
Malaysia (Truly Asia) yang masing-masing berada di peringkat 83 dan 96. Dalam
perhelatan ‘The World Halal Travel Summit & Exhibition 2015’ di Abu Dhabi,
Indonesia dan Malaysia bersaing untuk mendapatkan dua kategori, yakni World’s
Best Halal Honeymoon Destination dan World’s Best Halal Tourism Destination.
Indonesia diwakili oleh Lombok, sementara Malaysia diwakili Kuala Lumpur.
Kementrian Pariwisata sudah menetapkan 12 juta
kunjungan wisatawan mancanegara pada Tahun 2016. Sementara devisa yang
diproyeksikan sebesar Rp172 triliun. Sedangkan untuk pergerakan wisatawan
Nusantara sebesar 260 juta perjalanan. Target ini 5 juta lebih banyak dibanding
tahun 2015 yang mencapai angka sebesar 255 juta untuk perjalanan wisatawan
Nusantara. Untuk mewujudkan target tersebut terbuka peluang yang sangat
potensial karena Indonesia memberikan Bebas Visa Kunjungan (BVK) pada 176
negara dan telah menghapuskan Clearance Approval for Indonesian Territory
(CAIT). Dari sisi investasi, Pada tahun 2016, pengusaha pun dapat melirik
sektor pariwisata sebagai salah satu investasi yang dinilai cukup aman.
Pasalnya, sektor pariwisata dinilai cukup kebal dengan pelemahan ekonomi
global.
Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen
penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim
tropis, 17.508 pulau, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada
dan Uni Eropa. Pantaipantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani
di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan
wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan
budaya kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang
dinamis dengan 719 bahasa daerah. Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja,
Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya di
Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan
oleh UNESCO yang masuk daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil
lain jugaditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan
Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik,
sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali
sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera
Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia
untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura dan Malaysia
adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke
Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia (tidak termasuk
ASEAN) wisatawan RRC berada di urutan pertama disusul Jepang, Korea Selatan,
Taiwan dan India. Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari
negara Britania Raya disusul oleh Belanda, Jerman dan Perancis. Potensi sumber
daya alam yang dimiliki suatu daerah akan sia-sia bila tidak dilengkapi sumber
daya intelektual yang mampu memahami, mengolah dan mempromosikan
berkesinambungan. Pembangunan industri pariwisata dilakukan berkesinambungan
dengan pemikiran unik dan penuh komitmen sehingga melahirkan inovasi pada
perancangan kebijakan, implementasi dan pengelolaan. Pihak-pihak terkait harus
berpegang pada empat pilar pembangunan pariwisata, yakni pembangunan destinasi,
pengembangan pemasaran, pengembangan institusi atau kelembagaan serta
pengembangan sumber daya intelektual.
Provinsi Lampung adalah salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki potensi wisata yang sangat menjanjikan. Secara
geografis terletak antara 3: 45'- 6: 45' Lintang Selatan dan 103: 40 ' - 105 :
40' Bujur Timur. Wilayah Provinsi Lampung meliputi areal daratan dan perairan
seluas 51.991 Km2, terletak di arah tenggara sebelah ujung pulau Sumatera yang
dibatasi oleh : Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di Sebelah Utara, Selat
Sunda, di Sebelah Selatan Laut Jawa, di Sebelah Timur, Samudra Hindia, di
Sebelah Barat.
Panjang garis pantai sekitar 1.105 km. Terdapat 2
teluk di Lampung yaitu Teluk Semaka dan Teluk Lampung dengan sekitar 132 pulau
yang berhadapan langsung dengan ALKI (Alur Lintas Kapal Internasional) Selat
Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung di antaranya
Pulau Condong, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau
Sitiga, Pulau Sebesi, Pulau Puhawang, Pulau Tangkil, Pulau Krakatau, Pulau
Tanjung Putus, Pulau Balak, Pulau Loh, Pulau Lunik, Pulau Tabuan dan Pulau
Pisang.
Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya
alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari
pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai
kehutanan. Provinsi Lampung memiliki posisi yang strategis karena wilayahnya
terletak di ujung Pulau Sumatera bagian selatan, yang merupakan pintu gerbang
menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah
35.288,35 Km² yang dihuni oleh 7.932.132jiwa (Tahun 2014).
Peran Pemerintah Provinsi Lampung untuk mendukung
sektor pariwisata dengan mengacu kepada rencana induk pengembangan pariwisata
nasional adalah dengan adanya Peraturan Daerah No.6 Tahun 2012 tentang Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Per tahun 2014, Dinas Pariwisata
juga sudah menentukan tujuh Kawasan Unggulan Strategis Pariwisata yaitu, Kota
Bandarlampung, Krui dan Tanjung Setia, Taman Nasional Way Kambas, Teluk Kiluan,
Gunung Krakatau dan Pulau Sebesi, Bakauheni dan Menara Siger, serta Taman
Nasional Bukit Barisan. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Provinsi
Lampung cukup besar. Saat ini, wisatawan lokal saat ini masih mendominasi, dari
3.467.715 kunjungan wisatawan tahun 2013. Sekitar 97 persen nya, 3.392.315
orang adalah wisatawan lokal, sisanya adalah wisatawan mancanegara. Selama lima
tahun terakhir wisatawan mancanegara sudah tumbuh sekitar 7 kali lipatnya. Di
tahun 2008, wisatawan mancanegara hanya 10.028 saat ini jumlahnya sudah
mencapai 75.590.Tahun 2014, meski belum semua kita rekap, tapi sampai bulan
November jumlah wisatawan mancanegara sebesar mencapai 69 ribu. Artinya kalau
dirata-rata per bulan, Lampung dikunjungi sekitar 3000 wisatawan asing. Angka
ini memang sangat jauh dari Bali yang dikunjungi oleh 3,41 juta orang wisatawan
asing periode Januari-November 2014.
Kondisi permasalahan pariwisata di Provinsi
Lampung saat ini adalah masih belum efektifnya fasilitasi industri pariwisata
di Provinsi Lampung. Koordinasi antara pihak terkait yaitu pemerintah daerah,
biro perjalanan wisata, pelaku bisnis penunjang pariwisata, daerah tujuan
wisata, dan masyrakat, masih belum terhubung maksimal. Hal ini menunjukkan
industri pariwisata di Provinsi Lampung belum tertata secara profesional.
Padahal jika ada sinkronisasi antara pihak terkait tentu akan menjadi hal yang
menguntungkan bagi semua pihak.
Salah satu syarat untuk mampu bersaing dalam industri pariwisata adalah harus memiliki standar yang diterapkan dalam mendukung industri pariwisata. Standar tersebut diterapkan misalnya dengan menyediakan informasi pengunjung (visitor centre) pada tempat-tempat atau obyek wisata yang menjadi daya tarik wisata yang menjadi instrument kesungguhan pembangunan pariwisata yang berstandar internasional.
Salah satu syarat untuk mampu bersaing dalam industri pariwisata adalah harus memiliki standar yang diterapkan dalam mendukung industri pariwisata. Standar tersebut diterapkan misalnya dengan menyediakan informasi pengunjung (visitor centre) pada tempat-tempat atau obyek wisata yang menjadi daya tarik wisata yang menjadi instrument kesungguhan pembangunan pariwisata yang berstandar internasional.
Provinsi Lampung memiliki ratusan daya tarik
wisata nyaris belum banyak diketahui oleh wisatawan karena minimnya informasi
untuk mendapatkan data dan informasi yang disebabkan ketiadaan visitor centers.
Pelayanan dan informasi yang tidak berstandar internasional juga memberikan
persepsi buruk bagi wisatawan tentang kesiapan Provinsi Lampung dalam
pengembangan pariwisata.
Agenda aktivitas wisata yang nyaris tanpa
publikasi yang memadai juga menjadi kelemahan pemasaran pariwisata Provinsi
Lampung. Berdasarkan alasan tersebut maka visitor centers akan memainkan peran
penting dalam konteks pemasaran internal untuk menambah loyalitas wisatawan
atau pengunjung karena dengan layanan visitor centers diharapkan memberikan
pengalaman yang berharga dan membawa kesan kesiapan dalam pengelolaan destinasi
wisata khususnya di Provinsi Lampung.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
menunjukkan bahwa terdapat potensi yang sangat besar dan menjanjikan bagi
kemajuan provinsi lampung apabila industri wisata Lampung dijalankan secara
maksimal. Sehingga diperlukan upaya dalam bentuk wadah atau lembaga sebagai
pusat koordinasi dan pengembangan industri pariwisata khususnya di provinsi
lampung. Hal inilah yang melatarbelakangi dibutuhkanya sebuah wadah yang
menjadi pendukung pelaksana dari keberhasilan Industri pariwisata khususnya
untuk provinsi lampung dalam bentuk Lampung Tourism Centre (LTC).
Saran dan masukan penulis untuk diperhatikan pemerintah Prov Lampung adalah sebagai berikut;
1. Peningkatan dan Optimalisasi festival festival yang
berbasis pariwisata dan kebudayaan seperti ;
a.
Festival Krakatau;
b.
Festival Way Kambas;
c.
Festival SkalaBrak;
d.
Festival Teluk Stabas;
e.
Festival Semarak Pulau Pisang;
f.
Festival Bamboo Rafting Way Besay;
g.
Festival Lampung Fashion/Tapis week;
h.
Festival Cakak Buah dan Negeri Sakura;
Festival-festival
pariwisata dan kebudayaan tersebut diatas, dijadikan sebagai kegiatan rutin
tahunan, yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan nilai, mutu serta
penyelenggaraanya.
2. Peningkatan dan Optimalisasi Jasa Publikasi yang
memfokuskan penyebarluasan potensi potensi wisata dan budaya yang ada di
Provinsi Lampung ke dalam suatu kemasan informasi yang menarik, inovasi dan
ekonomis, dengan tujuan agar informasi potensi wisata dan budaya tersebut dapat
diterima oleh para Wisata Lokal dan Luar Negeri.
3. Mengevaluasi dan memonitoring kemudahan perizinan
berusaha dibidang Kepariwisataan, dengan memberikan akses dan kemudahan bagi
calon investor dibidang wisata dan kebudayaan, diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan minat usaha/ekowisata
di Provinsi Lampung.
4. Peningkatan Infrastruktur dan Sarana Prasarana
penunjang Kepariwisataan, seperti : Akses Jalan, Taman Rakyat, Rehabilitasi
Lahan Kritis, Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS), Pusat-Pusat Informasi
Wisata (Museum Wisata) pada tiap tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
Sarana dan Prasarana Komunikasi, Penginapan, Keamanan dan Ketertiban.
Apriyan Sucipto, SH,M.H
No comments:
Post a Comment