Apriyan Sucipto

Apriyan Sucipto
Rimba Raya

Friday, October 4, 2019

Program Peningkatan Potensi Parawisata di Lampung



Industri sektor pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang memberikan dampak besar bagi kemajuan suatu negara. Dampak besar yang bisa diperoleh dari kemajuan industri sektor pariwisata tersebut diantaranya adalah meningkatnya pemasukan devisa negara dan peningkatan pendapatan nasional. Selain itu, bagi daerah tujuan wisata akan berdampak pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat dan juga akan berkembang seiring dengan kemajuan sektor pariwisata di daerah tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata berasal dari kata “Wisata” yang artinya adalah bepergian bersama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang); bertamasya; piknik;. Sedangkan arti kata “Pariwisata” adalah yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme;. Jadi Pengertian Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Menurut Pacific Association Of Travel Agent (PATA), yang menjadi alasan orang melakukan perjalanan antara lain: Keramahtamahan penduduk (Warm and Friendly People), Penginapan yang menyenangkan (Comfortable Accomodation), Keindahan alam (Beautiful Natural Scenery), Harga yang memuaskan (Reasonable Prices), Adat istiadat dan pandangan hidup yang menarik (An Attractive Customer and Way Of Live), Cuaca yang baik (Good Climate), Keindahan kreasi manusia (Beautiful Creation Of Man), Makanan yang menarik (Outstanding Food), Pembelanjaan yang menarik (Good Shopping), Lingkungan istimewa (Exotic Environment), Ikatan sejarah (Historical Of Family Ties), dan Aktivitas rekreasi luar biasa (Exeptional Recreational Activities).

Berdasarkan jenisnya, wisata dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu: Wisata Alam/Ekowisata (Ecotourism), Wisata Budaya (Culture), Wisata Sejarah (Historical), Wisata Ziarah (Pilgrim), Wisata Boga / Kuliner (Culinary), Wisata Belanja (Shopping), Wisata Pertanian (Agriculture), dan Wisata Kelana/ Petualangan (Adventure). Wisatawan akan datang berkunjung ke suatu d aerah tujuan wisata, bila di daerah tersebut terdapat daya tarik (tourism resources) bagi wisatawan tersebut untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

Menurut laporan World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa, ”Pariwisata internasional adalah penghasil devisa terbesar dunia dan merupakan faktor penting dalam neraca pembayaran di banyak negara. Penerimaan devisa dari pariwisata internasional mencapai 423 miliar dolar AS pada tahun 1996, mengungguli ekspor produk minyak bumi, kendaraan bermotor, peralatan telekomunikasi, tekstil maupun barang atau jasa lainnya”. Laporan yang sama menyatakan, ”Pariwisata adalah industri yang paling berkembang pesat di dunia,” dan industri itu menyumbang hingga ”10 persen Produk Domestik Bruto dunia”. Tahun 2000 wisatawan manca negara (wisman) internasional mencapai jumlah 698 juta orang yang mampu menciptakan pendapatan sebesar USD 476 milyar.

Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an sebesar 4,2% sedangkan pertumbuhan penerimaan dari wisman sebesar 7,3 %, bahkan di 28 negara pendapatan tumbuh 15 pesen per tahun. Pariwisata dapat dikategorikan kedalam kelompok industri terbesar dunia (the world's largest industry). Sekitar 8 persen dari ekspor barang dan jasa, pada umumnya berasal dari sektor pariwisata. Dan Pariwisata menjadi penyumbang terbesar perdagangan internasional dari sektor jasa, kurang lebih 37 persen, termasuk 5-top exports categories di 83% negara WTO, sumber utama devisa di 38 persen negara dan di Asia Tenggara pariwisata dapat menyumbangkan 10 – 12 persen dari GDP serta 7 – 8 persen dari total employement.
Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan dan memiliki peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism). Berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (Tahun 2020), diantaranya masingmasing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Hal tersebut juga tentu akan meningkatkan jumlah bisnis, resort (tempat rekreasi), dan negara yang menyediakan fasilitas bagi para turis.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi daerah wisata yang sangat besar. Kekayaan alam dan warisan budaya tersebar dan terbentang dari sabang sampai merauke. Hal ini menjadi modal yang kuat untuk berperan aktif dalam industri pariwisata sebagai daerah tujuan wisata baik lokal maupun internasional. Para pelaku pariwisata Indonesia terkait sebaiknya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang terbuka. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “re-positioning”, dimana keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga lebih menarik dan berdaya saing. Tahun 2019, Trend perkembangan pariwisata menjadi lebih bervariatif dengan beberapa alternatif daerah tujuan wisata. Salah satunya adalah Trend Ekowisata yang berawal dari keprihatinan dunia terhadap kerusakan lingkungan yang salah satunya diakibatkan oleh pembangunan fasilitas pendukung pariwisata. Hal ini termasuk akibat dari pembangunan hotel dan vila di kawasan hijau. Selain itu, terdapat kecenderungan mulai terkikisnya nilai tradisi dan budaya lokal akibat komersialisasi wisata.

Selain Ekowisata, ada beberapa tren yang berkembang di tahun 2019 di Indonesia yaitu munculnya daerah tujuan wisata baru.Biasanya kawasan baru ini bukan ditemukan oleh pihak yang secara formal mengurusi dan berkecimpung di bidang pariwisata. Kawasan wisata baru justru banyak ditemukan oleh kalangan anak muda dan blogger. Penyebaran informasi juga dengan mudah melalui sosial media termasuk blog. Tahun–tahun sebelumnya kawasan baru lebih banyak didominasi penemuan wisata alam yang masih belum terjamah sebelumnya.

Sebut saja berbagai pantai Gunung Kidul, Yogyakarta dan Pantai Kiluan Lampung. Selanjutnya adalah ramainya pergelaran MICE. MICE atau Meeting, Incentive, Convention, and Exibition baik nasional dan internasional. Beberapa contoh kegiatan tersebut adalah perhelatan olahraga yang akan kembali menjamur. Kalangan bisnis berjaringan dan perusahaan juga masih menjadikan “paket liburan” sebagai bonus bagi karyawannya. MICE sendiri juga merupakan strategi pemerintah untuk menarik banyak wisatawan. Hal ini memungkinkan terjadi karena dalam MICE pasti banyak terjadi transaksi. Namun patut dipikirkan juga kesiapan sumber daya manusia serta fasilitas pendukung MICE. Kemudian Selanjutnya adalah kecenderungan Wisatawan mancanegara untuk berwisata dipengaruhi kebijakan”free visa” atau bebas visa.Kebijakan bebas visa diberlakukan untuk dari 5 negara, yaitu Tiongkok, Jepang, Rusia, Korea Selatan, dan Australia. Dari 5 negara, wisatawan asal Tiongkok diperkirakan akan mendominasi jumlah wisatawan yang datang ke Tanah Air. Kebijakan bebas visa ini semakin mendorong wisatawan untuk datang ke Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan asing yang datang ke Indonesia mengalami peningkatan. Data lima tahun terakhir menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan asing Tahun 2010 sebesar 7.002.944 wisatawan. Tahun 2011 meningkat 9,2% menjadi 7.649.731 wisatawan. Tahun 2012 meningkat 5,1% menjadi 8.044.462 wisatawan. Tahun 2013 meningkat 9,4% menjadi sebesar 8.802.129 wisatawan. Tahun 2014 meningkat 7,1% menjadi sebesar 9.435.411 wisatawan. Dan Tahun 2015 sebesar 10 juta jiwa juga akan terealisasi. Hal ini menunjukkan kecenderungan peningkatan kunjungan wisatawan ke Indonesia.

Menurut Kementrian Pariwisata, Branding “Wonderful Indonesia” yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia berhasil mengalahkan “Truly Asia” milik Malaysia. Dalam Travel and Tourism Competitiveness Index World Economic Forum, peringkat branding ‘Wonderful Indonesia’ melesat ke posisi 47, mengalahkan Thailand (Amasing Thailand) dan Malaysia (Truly Asia) yang masing-masing berada di peringkat 83 dan 96. Dalam perhelatan ‘The World Halal Travel Summit & Exhibition 2015’ di Abu Dhabi, Indonesia dan Malaysia bersaing untuk mendapatkan dua kategori, yakni World’s Best Halal Honeymoon Destination dan World’s Best Halal Tourism Destination. Indonesia diwakili oleh Lombok, sementara Malaysia diwakili Kuala Lumpur.

Kementrian Pariwisata sudah menetapkan 12 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada Tahun 2016. Sementara devisa yang diproyeksikan sebesar Rp172 triliun. Sedangkan untuk pergerakan wisatawan Nusantara sebesar 260 juta perjalanan. Target ini 5 juta lebih banyak dibanding tahun 2015 yang mencapai angka sebesar 255 juta untuk perjalanan wisatawan Nusantara. Untuk mewujudkan target tersebut terbuka peluang yang sangat potensial karena Indonesia memberikan Bebas Visa Kunjungan (BVK) pada 176 negara dan telah menghapuskan Clearance Approval for Indonesian Territory (CAIT). Dari sisi investasi, Pada tahun 2016, pengusaha pun dapat melirik sektor pariwisata sebagai salah satu investasi yang dinilai cukup aman. Pasalnya, sektor pariwisata dinilai cukup kebal dengan pelemahan ekonomi global.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Pantaipantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah. Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain jugaditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan RRC berada di urutan pertama disusul Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India. Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh Belanda, Jerman dan Perancis. Potensi sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah akan sia-sia bila tidak dilengkapi sumber daya intelektual yang mampu memahami, mengolah dan mempromosikan berkesinambungan. Pembangunan industri pariwisata dilakukan berkesinambungan dengan pemikiran unik dan penuh komitmen sehingga melahirkan inovasi pada perancangan kebijakan, implementasi dan pengelolaan. Pihak-pihak terkait harus berpegang pada empat pilar pembangunan pariwisata, yakni pembangunan destinasi, pengembangan pemasaran, pengembangan institusi atau kelembagaan serta pengembangan sumber daya intelektual.

Provinsi Lampung adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang sangat menjanjikan. Secara geografis terletak antara 3: 45'- 6: 45' Lintang Selatan dan 103: 40 ' - 105 : 40' Bujur Timur. Wilayah Provinsi Lampung meliputi areal daratan dan perairan seluas 51.991 Km2, terletak di arah tenggara sebelah ujung pulau Sumatera yang dibatasi oleh : Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di Sebelah Utara, Selat Sunda, di Sebelah Selatan Laut Jawa, di Sebelah Timur, Samudra Hindia, di Sebelah Barat.

Panjang garis pantai sekitar 1.105 km. Terdapat 2 teluk di Lampung yaitu Teluk Semaka dan Teluk Lampung dengan sekitar 132 pulau yang berhadapan langsung dengan ALKI (Alur Lintas Kapal Internasional) Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung di antaranya Pulau Condong, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sitiga, Pulau Sebesi, Pulau Puhawang, Pulau Tangkil, Pulau Krakatau, Pulau Tanjung Putus, Pulau Balak, Pulau Loh, Pulau Lunik, Pulau Tabuan dan Pulau Pisang.

Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutanan. Provinsi Lampung memiliki posisi yang strategis karena wilayahnya terletak di ujung Pulau Sumatera bagian selatan, yang merupakan pintu gerbang menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 35.288,35 Km² yang dihuni oleh 7.932.132jiwa (Tahun 2014).

Peran Pemerintah Provinsi Lampung untuk mendukung sektor pariwisata dengan mengacu kepada rencana induk pengembangan pariwisata nasional adalah dengan adanya Peraturan Daerah No.6 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Per tahun 2014, Dinas Pariwisata juga sudah menentukan tujuh Kawasan Unggulan Strategis Pariwisata yaitu, Kota Bandarlampung, Krui dan Tanjung Setia, Taman Nasional Way Kambas, Teluk Kiluan, Gunung Krakatau dan Pulau Sebesi, Bakauheni dan Menara Siger, serta Taman Nasional Bukit Barisan. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Lampung cukup besar. Saat ini, wisatawan lokal saat ini masih mendominasi, dari 3.467.715 kunjungan wisatawan tahun 2013. Sekitar 97 persen nya, 3.392.315 orang adalah wisatawan lokal, sisanya adalah wisatawan mancanegara. Selama lima tahun terakhir wisatawan mancanegara sudah tumbuh sekitar 7 kali lipatnya. Di tahun 2008, wisatawan mancanegara hanya 10.028 saat ini jumlahnya sudah mencapai 75.590.Tahun 2014, meski belum semua kita rekap, tapi sampai bulan November jumlah wisatawan mancanegara sebesar mencapai 69 ribu. Artinya kalau dirata-rata per bulan, Lampung dikunjungi sekitar 3000 wisatawan asing. Angka ini memang sangat jauh dari Bali yang dikunjungi oleh 3,41 juta orang wisatawan asing periode Januari-November 2014.

Kondisi permasalahan pariwisata di Provinsi Lampung saat ini adalah masih belum efektifnya fasilitasi industri pariwisata di Provinsi Lampung. Koordinasi antara pihak terkait yaitu pemerintah daerah, biro perjalanan wisata, pelaku bisnis penunjang pariwisata, daerah tujuan wisata, dan masyrakat, masih belum terhubung maksimal. Hal ini menunjukkan industri pariwisata di Provinsi Lampung belum tertata secara profesional. Padahal jika ada sinkronisasi antara pihak terkait tentu akan menjadi hal yang menguntungkan bagi semua pihak.

Salah satu syarat untuk mampu bersaing dalam industri pariwisata adalah harus memiliki standar yang diterapkan dalam mendukung industri pariwisata. Standar tersebut diterapkan misalnya dengan menyediakan informasi pengunjung (visitor centre) pada tempat-tempat atau obyek wisata yang menjadi daya tarik wisata yang menjadi instrument kesungguhan pembangunan pariwisata yang berstandar internasional.

Provinsi Lampung memiliki ratusan daya tarik wisata nyaris belum banyak diketahui oleh wisatawan karena minimnya informasi untuk mendapatkan data dan informasi yang disebabkan ketiadaan visitor centers. Pelayanan dan informasi yang tidak berstandar internasional juga memberikan persepsi buruk bagi wisatawan tentang kesiapan Provinsi Lampung dalam pengembangan pariwisata.

Agenda aktivitas wisata yang nyaris tanpa publikasi yang memadai juga menjadi kelemahan pemasaran pariwisata Provinsi Lampung. Berdasarkan alasan tersebut maka visitor centers akan memainkan peran penting dalam konteks pemasaran internal untuk menambah loyalitas wisatawan atau pengunjung karena dengan layanan visitor centers diharapkan memberikan pengalaman yang berharga dan membawa kesan kesiapan dalam pengelolaan destinasi wisata khususnya di Provinsi Lampung.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan menunjukkan bahwa terdapat potensi yang sangat besar dan menjanjikan bagi kemajuan provinsi lampung apabila industri wisata Lampung dijalankan secara maksimal. Sehingga diperlukan upaya dalam bentuk wadah atau lembaga sebagai pusat koordinasi dan pengembangan industri pariwisata khususnya di provinsi lampung. Hal inilah yang melatarbelakangi dibutuhkanya sebuah wadah yang menjadi pendukung pelaksana dari keberhasilan Industri pariwisata khususnya untuk provinsi lampung dalam bentuk Lampung Tourism Centre (LTC).

Saran dan masukan penulis untuk diperhatikan pemerintah Prov Lampung adalah sebagai berikut;

1.        Peningkatan dan Optimalisasi festival festival yang berbasis pariwisata dan kebudayaan seperti ;
a.       Festival Krakatau;
b.      Festival Way Kambas;
c.       Festival SkalaBrak;
d.      Festival Teluk Stabas;
e.       Festival Semarak Pulau Pisang;
f.       Festival Bamboo Rafting Way Besay;
g.      Festival Lampung Fashion/Tapis week;
h.      Festival Cakak Buah dan Negeri Sakura;
Festival-festival pariwisata dan kebudayaan tersebut diatas, dijadikan sebagai kegiatan rutin tahunan, yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan nilai, mutu serta penyelenggaraanya.
2.       Peningkatan dan Optimalisasi Jasa Publikasi yang memfokuskan penyebarluasan potensi potensi wisata dan budaya yang ada di Provinsi Lampung ke dalam suatu kemasan informasi yang menarik, inovasi dan ekonomis, dengan tujuan agar informasi potensi wisata dan budaya tersebut dapat diterima oleh para Wisata Lokal dan Luar Negeri.
3.     Mengevaluasi dan memonitoring kemudahan perizinan berusaha dibidang Kepariwisataan, dengan memberikan akses dan kemudahan bagi calon investor dibidang wisata dan kebudayaan, diharapkan dapat meningkatkan  pertumbuhan minat usaha/ekowisata di Provinsi Lampung.
4.        Peningkatan Infrastruktur dan Sarana Prasarana penunjang Kepariwisataan, seperti : Akses Jalan, Taman Rakyat, Rehabilitasi Lahan Kritis, Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS), Pusat-Pusat Informasi Wisata (Museum Wisata) pada tiap tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Sarana dan Prasarana Komunikasi, Penginapan, Keamanan dan Ketertiban.

Apriyan Sucipto, SH,M.H




No comments:

Post a Comment

KEBIJAKAN PIMPINAN DAERAH MEMBANGUN KABUPATEN KONSERVASI

Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...