Dikisahkan Walu Nateng Dirah (Calonarang) memiliki putri semata wayang yang cantik, Diah Ratna Manggali, namun tidak seorang pun berani memperistrinya, alasannya karena penduduk percaya bahwa Calonarang menguasai ilmu hitam (tĕluh).
Hal ini membuat Calonarang marah & menghadap Ida Bhaṭārī (Durgā) agar bisa membinasakan penduduk Daha, Kediri. Ida Bhaṭārī menganugrahkan Mantra Pangiwa Batur Kālikā dengan syarat Calonarang hanya bisa menggunakan pangiwa itu sebatas penduduk pinggiran saja. Tak lama, benarlah banyak penduduk Daha yang sakit & mati, hingga membuat Raja Erlangga menjadi sangat marah.
Rencananya, Calonarang hendak dibunuh saat tidur namun upaya itu gagal, kemarahan Calonarang semakin menjadi-jadi. Diiringi oleh murid-muridnya, Lendi; Larung; Guyang; Gandi; Weksirsa & Mahesawedana, mereka pergi ke kuburan untuk menghadap Ida Bhaṭārī.
Calonarang kemudian menemukan mayat yang mati pada Sabtu-Kliwon, lalu diikatkan pada pohon Kepuh. Mayat tersebut dihidupkan dengan mantra Dwiakṣara untuk dijadikan caru, setelah hidup kepalanya dipenggal hingga terpental & darahnya menyebur. Darah tersebut dipakai untuk mencuci rambut oleh Calonarang, ususnya dijadikan kalung, & dagingnya dipersembahkan. Bhagawatī Durgā mengabulkan permohonan Calonarang agar seluruh kerajaan binasa, sampai ke tengah.
Singkat cerita Mpu Bharadah (utusan raja Erlangga) merancang untuk mengirim anaknya, Mpu Bahula, agar melamar Ratna Manggali (motif ingin mencuri pustaka Calonarang). Mpu Bharadah berhasil mengambilnya & heran, mengapa pustaka yang berisi ilmu suci & kebaikan itu dipakai oleh Calonarang untuk mencelakai orang lain. Ilmu pegangan tersebut merupakan "ilmu putih", namun diaplikasikan untuk hal-hal buruk oleh Calonarang.
Terjadi pertemuan antara Calonarang & Bharadah yang berujung pada pertarungan mereka. Mpu Bharadah mengeluarkan Siwāni & berlindung pada Mantra Dasabayu (Pangraksa jiwa). Singkatnya, Calonarang kalah, lalu mati. Kemudian Mpu Bharadah menghidupkannya kembali lalu mengajarkan jalan pelepasan agar Calonarang bisa mati dengan baik, & saat Calonarang sudah suci kemudian ia disebut Rabut Jirah.
Literasi: Ilmu Tantra Bali
Photo: @1987.photoshoot
No comments:
Post a Comment