Saya yakin hampir kita semua pernah makan angkringan terutama yang di pulau jawa, tempat bersosialasi dari segala kelas ekonomi masyarakat.
Di angkringan itu banyak filsafah yang bisa kita temui, dari makan sego kucing, teh manis, sekarang ada sate satean, ada kopi, teh dan terkadang ada susu dari peternakan, duduk berhadap hadapan, saling sapa, dan terutama kalau angkringannya penuh, calon pelanggan dengan sabar menunggu berdiri sambil cari tempat duduk.
Filsafah pertama yang saya ambil sego kucing, nasi sekepel isinya ikan peda , 3-5 kali disendok langsung habis, ditambah 1 - 2 sate kerang plus kopi ,teh atau susu kita sdh kenyang, filsafahnya sego kucing ini, makan segini cukup tidak perlu berlebih.
Filsafah kedua calon pelanggan dengan sabar menunggu tempat untuk nangring, alisan tmpt duduk atau bisa lesehan, ini menunjukan bahwa kita semua bisa sabar menunggu.
Filsafah yang terakhir, ini tempat sosialisasi semua kalangan, dan bisa ngobrol dengan asiknya, tanya sini tanya sana, gak ada sekat antar manusia, menunjukan kita adalah mahluk sosial.
Itulah filsafah angkringan yang sekaranf sdh tertinggal jaman, kita mulai egois, makan sebanyak-banyaknya, marah marah kalau menunggu, dan tidak mau berbaur dgn sekitarnya.
Semoga kita bisa seperti filsafah angkringan.
Seruput kopi sambil ngudut vape.
#narendraKiemas
No comments:
Post a Comment