MAKNA GOSIP YANG DISALAHARTIKAN
Memahami perubahan makna dari kata "gosip", maka kita akan memahami sejarah penundukan perempuan. Silvia Federici dalam bukunya "Perempuan dan Perburuan Penyihir" mengulas secara dalam perubahan makna tersebut. Bagi Federici, perubahan makna "gosip" yang sebelumnya berkaitan dengan hal positif menjadi hal yang negatif adalah bagian dari proses yang berbarengan dengan pembunuhan puluhan ribu perempuan dengan tuduhan sihir selama abad ke 14 smpai abad ke 17.
Kata "gosip" sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu "god" (tuhan) dan "sibb" (saudara). Makna gosip pada awalnya adalah persaudaraan di antara perempuan untuk bertukar pikiran hingga menjadi ikatan sosial yang membuat mereka mandiri dan kuat. Namun kemandirian dan kekuatan itu pada perkembangannya tidak disukai kelas penguasa, karena mengancam otoritas mereka yang didirikan atas pondasi yang patriarkis. Pertentangan itu semakin melebar ketika kebinakan pengkaplingan tanav dijalankan oleh penguasa. Tanah-tanah komunal mulai diklaim sebagai tanah pribadi milik bangsawan atau elite. Banyak masyarakat yang diusir dari tanah-tanah yang sebelumnya milik bersama itu.
Kebijakan itu sangat merugikan masyarakat. Perempuan berkeluh kesah dan membangun solidaritas dengan bergosip. Mereka kemudian melakukan perlawanan dng beberapa cara terhadap kelas penguasa.
Nah, pada konteks itu, terjadi pelarangan untuk bergosip. Tak hanya itu, terjadi pembunuhan secara kejam terhadap puluhan bhkan ratusan ribu kaum perempuan yang dinilai berpotensi menolak kebijakan pemagaran. Untuk membenarkan tindakannya, mereka dituduh sebagai penyihir yang jahat dan makna gosip diplintir sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan iblis jahat.
Peristiwa itu diulas Federici dalam bukunya "Perempuan dan Perburuan Penyihir" secara detail. Sejarah yang berlangsung hampir 7 abad itu, masih berpengaruh sampai sekarang. Di mana kita memaknai gosip hingga penyihir sebagai hal negatif, padahal makna sebenarnya adalah positif.
Untuk memahami peristiwa tersebut, silahkan baca buku "Perempuan dan Perburuan“
#silviafederici
Memahami perubahan makna dari kata "gosip", maka kita akan memahami sejarah penundukan perempuan. Silvia Federici dalam bukunya "Perempuan dan Perburuan Penyihir" mengulas secara dalam perubahan makna tersebut. Bagi Federici, perubahan makna "gosip" yang sebelumnya berkaitan dengan hal positif menjadi hal yang negatif adalah bagian dari proses yang berbarengan dengan pembunuhan puluhan ribu perempuan dengan tuduhan sihir selama abad ke 14 smpai abad ke 17.
Kata "gosip" sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu "god" (tuhan) dan "sibb" (saudara). Makna gosip pada awalnya adalah persaudaraan di antara perempuan untuk bertukar pikiran hingga menjadi ikatan sosial yang membuat mereka mandiri dan kuat. Namun kemandirian dan kekuatan itu pada perkembangannya tidak disukai kelas penguasa, karena mengancam otoritas mereka yang didirikan atas pondasi yang patriarkis. Pertentangan itu semakin melebar ketika kebinakan pengkaplingan tanav dijalankan oleh penguasa. Tanah-tanah komunal mulai diklaim sebagai tanah pribadi milik bangsawan atau elite. Banyak masyarakat yang diusir dari tanah-tanah yang sebelumnya milik bersama itu.
Kebijakan itu sangat merugikan masyarakat. Perempuan berkeluh kesah dan membangun solidaritas dengan bergosip. Mereka kemudian melakukan perlawanan dng beberapa cara terhadap kelas penguasa.
Nah, pada konteks itu, terjadi pelarangan untuk bergosip. Tak hanya itu, terjadi pembunuhan secara kejam terhadap puluhan bhkan ratusan ribu kaum perempuan yang dinilai berpotensi menolak kebijakan pemagaran. Untuk membenarkan tindakannya, mereka dituduh sebagai penyihir yang jahat dan makna gosip diplintir sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan iblis jahat.
Peristiwa itu diulas Federici dalam bukunya "Perempuan dan Perburuan Penyihir" secara detail. Sejarah yang berlangsung hampir 7 abad itu, masih berpengaruh sampai sekarang. Di mana kita memaknai gosip hingga penyihir sebagai hal negatif, padahal makna sebenarnya adalah positif.
Untuk memahami peristiwa tersebut, silahkan baca buku "Perempuan dan Perburuan“
#silviafederici
No comments:
Post a Comment