Berikut adalah petikan wawancara Pram dengan Balairung.
Menurut Anda, apa perbedaan mendasar antara konsep kesenian Lekra dengan Manikebu?
Lekra menghendaki kesenian yang terlibat dengan perjuangan nasional. Si Ariel Heryanto menamakannya Sastra Kontekstual. Sedangkan Manikebu mengendaki kebebasan mutlak, jadi enggak punya tugas nasional; jadi gelandangan waktu negara dalam keadaan genting.
Dalam menghadapi konsep kesenian lain (Manikebu), waktu itu Lekra tidak demokratis. Sampai ada istilah ngganyang segala.
Tentu saja ngganyang, dan saya tidak merasa salah. Kami buka suatu diskusi dan polemik secara terbuka. Jawab kalau mau jawab, tapi mereka tak mau jawab.
Menurut kelompok Manikebu, dalam Lentera dulu Anda menganjurkan agar mereka ditangkap, antara lain HB Jassin, Hamka dll?
Omong kosong saja. Kertas dan dokumen saya telah dihancurkan semua. Saya enggak bisa pelajari lagi. Nanti saya mau dapat kiriman salinan Lentera dari Amerika, akan saya buktikan. Tapi kalau toh saya menganjurkan, itu dalam hubungannya dengan revolusi, kondisi nasional waktu itu.
Untuk membaca lebih lanjut, silahkan simah di website balairung.
#pramoedyaanantatoer #tanahmerdeka #mediatanahmerdeka
No comments:
Post a Comment