Dalam kisah pewayangan, Kamajaya dan Kamaratih disebut sebagai anak dari Semar. Semar adalah simbol dari Ingsun (Tuhan dalam diri manusia) yang “nora lanang nora wadon” (bukan lelaki dan bukan perempuan).
Ketika Ingsun (Tuhan) ingin dikenali di mayapada, Dia kemudian memanifestasikan diri-Nya ke dalam Rwabhineda (dualitas): lelaki dan perempuan. Kamajaya melambangkan jiwa lelaki (maskulin), sementara Kamaratih melambangkan jiwa perempuan (feminin).
Penyatuan antara Kamajaya dan Kamaratih akan menghasilkan kesempurnaan. Dalam filsafat Cina, Kamajaya-Kamaratih disebut dengan nama Yin-Yang, dalam filsafat Hindu disebut dengan nama Siwa-Shakti, dalam filsafat Islam disebut dengan nama Rahman-Rahim. Kisah tentang Kamajaya dan Kamaratih sesungguhnya merupakan ekspresi pemahaman leluhur Nusantara terhadap hukum abadi kehidupan yang tak pernah berubah: Ada siang, ada malam. Ada panas, ada dingin. Ada lelaki, ada perempuan.
Sc: Javanic.books
No comments:
Post a Comment