Apriyan Sucipto

Apriyan Sucipto
Rimba Raya

Sunday, June 28, 2020

"Tien, dalam rumah inilah saya ingin mijn laatste levensdagen slijten dengan engkau."

Bersua untuk kali pertama di Candi Prambanan pada 1952, tak perlu waktu lama bagi Bung Karno untuk menambatkan hatinya pada Hartini. Kisah cinta keduanya diawali dengan surat dari Bung Karno dengan nama samaran Srihana. Selang satu tahun kemudian, berita pernikahan mereka menghiasi halaman-halaman depan surat kabar.


Sampai masa senjanya, Hartini tercatat sebagai salah seorang istri Bung Karno yang paling setia. Ia mendampingi Bung Karno melewati masa-masa yang sulit pasca-lengser dari jabatan presiden. Dari sejumlah surat wasiat yang ditulis Bung Karno, beberapa di antaranya dialamatkan kepada Hartini, yakni amanat bertanggal 16 September 1964 dan surat wasiat bertanggal 24 Mei 1965.


Berdasarkan arsip Masagung dalam Wasiat Bung Karno (Jakarta: Ketut Masagung Corporation, 1998), kedua testamen itu menyebut agar Hartini dikuburkan berdampingan dengan dirinya. Bung Karno menghendaki agar makam itu berada di Kebun Raya Bogor, dekat kolam pemandian yang membukit.

Sebuah lagi ditulis pada 25 Februari 1967, hanya beberapa hari sebelum MPRS mengukuhkan kejatuhan Bung Karno dengan melantik Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Surat itu berhubungan dengan rumah yang dinamakan Hing Puri Bima Sakti, yang terletak di Batutulis, Bogor. Rupa-rupanya di tempat ini Bung Karno ingin menjalani hari-hari terakhirnya dengan tenang bersama Hartini. "Tien, dalam rumah inilah saya ingin mijn laatste levensdagen slijten dengan engkau."

Foto via National Archives of Australia
Sc. Presiden Soekarno

#Jasmerah

No comments:

Post a Comment

KEBIJAKAN PIMPINAN DAERAH MEMBANGUN KABUPATEN KONSERVASI

Komitmen politik pemerintah daerah untuk membangun Kabupaten Lampung Barat berdasarkan prinsip-prinsip konservasi tampak pada visi dan misi ...