Suatu hari Jendral Wiranto sebagai Menko Polkam melapor kepada Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Wiranto : “Bapak Presiden, kami laporkan di Papua ada pengibaran Bendera Bintang Kejora"
Gus Dur: “Apa masih ada bendera Merah Putihnya?”
Wiranto : “Ada, hanya satu, tinggi.”
Gus Dur : “Ya sudah, anggap saja Bintang Kejora itu umbul-umbul.”
Wiranto : “Tapi Bapak Presiden, ini sangat berbahaya.”
Gus Dur : “Pikiran Bapak yang harus berubah, apa susahnya menganggap Bintang Kejora itu sebagai umbul-umbul! Sepak bola saja banyak benderanya!” *Marah* .
Kemudian Pak Wiranto keluar sambil bingung luar biasa.
Kisah ini disaksikan Menteri Kelautan Freddy Numberi yang diceritakan kembali oleh Prof. Dr. Mubarok MA saat Peringatan 1000 hari wafat Gus Dur.
Dalam sebuah diskusi pada Jumat (06/07/2007) Gus Dur yang sudah tidak lagi jadi Presiden, kembali menyebut alasannya memperbolehkan bendera Bintang Kejora berkibar. Gus Dur menganggap bendera Bintang Kejora hanya bendera kultural warga Papua. "Bintang kejora bendera kultural. kalau kita anggap sebagai bendera politik, salah kita sendiri," kata Gus Dur kepada wartawan.
Gus Dur, yang saat menjabat presiden mengabulkan permintaan masyarakat Irian Jaya (waktu itu) untuk menggunakan sebutan Papua, justru menuding polisi dan TNI tidak berpikir mendalam ketika melarang pengibaran bendera Bintang Kejora. "Ketika polisi melarang, tidak dipikir mendalam, (tim) sepak bola saja punya bendera sendiri. Kita tak perlu ngotot sesuatu yang tak benar," katanya.
Menurut Franz Magnis Suseno, pemberian nama Papua pada Irian Jaya dan pemberian izin pengibaran bendera Bintang Kejora bukan tanda Gus Dur meremehkan Indonesia.
Hal itu justru sebaliknya, Gus Dur mau membantu orang-orang Papua untuk bisa menghayati Ke-Indonesiaan dari dalam. "Gus Dur percaya pada Orang Papua. bahwa itulah cara untuk merebut hati suatu masyarakat yang puluhan tahun merasa tersinggung, tidak dihormati, dan bahkan dihina.
Karena itu orang-orang Papua mencintai Gus Dur ," ujar Franz Magnis dalam kata pengantar buku karangan Muhammad AS Hikam, berjudul 'Gus Dur Ku, Gus Dur Anda & Gus Dur Kita".
Sc.Sabdaperubahan
Wiranto : “Bapak Presiden, kami laporkan di Papua ada pengibaran Bendera Bintang Kejora"
Gus Dur: “Apa masih ada bendera Merah Putihnya?”
Wiranto : “Ada, hanya satu, tinggi.”
Gus Dur : “Ya sudah, anggap saja Bintang Kejora itu umbul-umbul.”
Wiranto : “Tapi Bapak Presiden, ini sangat berbahaya.”
Gus Dur : “Pikiran Bapak yang harus berubah, apa susahnya menganggap Bintang Kejora itu sebagai umbul-umbul! Sepak bola saja banyak benderanya!” *Marah* .
Kemudian Pak Wiranto keluar sambil bingung luar biasa.
Kisah ini disaksikan Menteri Kelautan Freddy Numberi yang diceritakan kembali oleh Prof. Dr. Mubarok MA saat Peringatan 1000 hari wafat Gus Dur.
Dalam sebuah diskusi pada Jumat (06/07/2007) Gus Dur yang sudah tidak lagi jadi Presiden, kembali menyebut alasannya memperbolehkan bendera Bintang Kejora berkibar. Gus Dur menganggap bendera Bintang Kejora hanya bendera kultural warga Papua. "Bintang kejora bendera kultural. kalau kita anggap sebagai bendera politik, salah kita sendiri," kata Gus Dur kepada wartawan.
Gus Dur, yang saat menjabat presiden mengabulkan permintaan masyarakat Irian Jaya (waktu itu) untuk menggunakan sebutan Papua, justru menuding polisi dan TNI tidak berpikir mendalam ketika melarang pengibaran bendera Bintang Kejora. "Ketika polisi melarang, tidak dipikir mendalam, (tim) sepak bola saja punya bendera sendiri. Kita tak perlu ngotot sesuatu yang tak benar," katanya.
Menurut Franz Magnis Suseno, pemberian nama Papua pada Irian Jaya dan pemberian izin pengibaran bendera Bintang Kejora bukan tanda Gus Dur meremehkan Indonesia.
Hal itu justru sebaliknya, Gus Dur mau membantu orang-orang Papua untuk bisa menghayati Ke-Indonesiaan dari dalam. "Gus Dur percaya pada Orang Papua. bahwa itulah cara untuk merebut hati suatu masyarakat yang puluhan tahun merasa tersinggung, tidak dihormati, dan bahkan dihina.
Karena itu orang-orang Papua mencintai Gus Dur ," ujar Franz Magnis dalam kata pengantar buku karangan Muhammad AS Hikam, berjudul 'Gus Dur Ku, Gus Dur Anda & Gus Dur Kita".
Sc.Sabdaperubahan
No comments:
Post a Comment