(Sebuah draf naskah sinetron. Nama, tempat, dan peristiwa hanya rekaan belaka)
“Bagaimana Pak Misno, bisa dijelaskan asal-usul barang-barang ini?” Bripka Soleh mulai bertanya.
Hening.
“Misno, kamu harus jujur…” Bu RT menimpali.
Hening.
“Pak’e nggak mencuri kan?” Tanya Sumini dengan nada tak percaya.
Hening.
Misno mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk. Dengan mimik seperti memohon pengampunan, ditatapnya wajah Bripka Soleh. “Tolong saya pak…” katanya dengan suara rendah, hampir tak terdengar. “Saya nggak sengaja mencuri pak” lanjutnya.
Bripka Soleh mengajak Herman keluar. Dua orang petugas piket dari Polsek telah menunggu di mobil Patroli. Beberapa warga sekitar, dengan rasa ingin tahu, mulai berkumpul di halaman rumah Misno. Bripka Soleh dan tiga orang anak buahnya itu tampak serius bercakap-cakap. Selanjutnya, mereka kembali masuk ke dalam rumah Misno. “Pak Misno, untuk kepentingan penyelidikan, kami akan membawa Pak Misno beserta barang-barang ini ke kantor polsek.” Ujar Bripka Soleh dengan nada tegas.
“Tolong saya pak…” jawab Misno.
“Segala hal yang ingin Pak Misno ungkapkan, silakan nanti disampaikan di Polsek.”
“Tolong saya pak…” Misno terus memelas.
“Ini surat penangkapannya, silakan ditanda-tangani. Surat penangkapan ini berlaku selama 1 X 24 jam.” Tegas Bripka Soleh.
Dua orang petugas piket dari polsek mulai menarik Misno untuk naik ke mobil Patroli. Melihat sikap tegas Bripka Soleh, Bu RT dan Sumini hanya termangu. Seperti merasakan adanya pertanda buruk, Surto mulai menangis. Melihat kakaknya menangis, Surti ikut menangis. Sumini jatuh pingsan, Bu RT tanpa sadar berteriak. Mendengar teriakan Bu RT, beberapa warga berupaya untuk masuk. “Minggir…, minggir…!” seru dua orang petugas piket sambil menarik tangan Misno untuk dinaikkan ke mobil Patroli. Mendengar seruan petugas piket itu, beberapa warga mulai mundur teratur.
“Bawa sini kunci mobil, kamu ikut ke kantor bareng petugas piket itu” bisik Bripka Soleh kepada Herman. Ketika salah seorang petugas kembali untuk mengangkut barang-barang yang ada, Bripka Soleh memerintahkannya untuk mengeluarkan beras dari karungnya. “Barang-barang ini setengahnya saja bawa ke Polsek, sisanya biar ditinggal di sini.” Perintah Bripka Soleh kepada petugas itu.
Setelah mobil berangkat membawa Misno ke kantor polsek, satu-persatu warga yang berkumpul mulai membubarkan diri sambil saling berbisik. Bripka Soleh tetap berada di rumah Misno sambil duduk menghampar di ruang tamu yang tak ada kursi tamu. Bu RT masih sibuk menyadarkan Sumini dibantu salah seorang tetangga. Hujan turun pelan-pelan, namun Bu RT tak hirau pada biji kopi yang dijemurnya. “Pak’e…” terdengar suara tertahan dari Sumini yang mulai siuman. Surto dan Surti duduk berdekapan di depan pintu kamar sambil menatap Bripka Soleh dengan perasaan cemas.
Melihat Sumini mulai siuman, Bripka Soleh beranjak dari duduknya. Ditariknya dompet dari saku belakang celana, ada beberapa lembar uang pecahan seratus ribu. “Bu RT, ini saya titip untuk Sumini.” Ujar Bripka Soleh sambil berlalu pergi. Sampai di depan pintu, Bripka Soleh mendengar Bu RT berkata penuh pengharapan: “Pak Soleh, tolong bantu Misno. Dia tidak sengaja mencuri…”
--------bersambung----------
#Muhammad yunus
“Bagaimana Pak Misno, bisa dijelaskan asal-usul barang-barang ini?” Bripka Soleh mulai bertanya.
Hening.
“Misno, kamu harus jujur…” Bu RT menimpali.
Hening.
“Pak’e nggak mencuri kan?” Tanya Sumini dengan nada tak percaya.
Hening.
Misno mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk. Dengan mimik seperti memohon pengampunan, ditatapnya wajah Bripka Soleh. “Tolong saya pak…” katanya dengan suara rendah, hampir tak terdengar. “Saya nggak sengaja mencuri pak” lanjutnya.
Bripka Soleh mengajak Herman keluar. Dua orang petugas piket dari Polsek telah menunggu di mobil Patroli. Beberapa warga sekitar, dengan rasa ingin tahu, mulai berkumpul di halaman rumah Misno. Bripka Soleh dan tiga orang anak buahnya itu tampak serius bercakap-cakap. Selanjutnya, mereka kembali masuk ke dalam rumah Misno. “Pak Misno, untuk kepentingan penyelidikan, kami akan membawa Pak Misno beserta barang-barang ini ke kantor polsek.” Ujar Bripka Soleh dengan nada tegas.
“Tolong saya pak…” jawab Misno.
“Segala hal yang ingin Pak Misno ungkapkan, silakan nanti disampaikan di Polsek.”
“Tolong saya pak…” Misno terus memelas.
“Ini surat penangkapannya, silakan ditanda-tangani. Surat penangkapan ini berlaku selama 1 X 24 jam.” Tegas Bripka Soleh.
Dua orang petugas piket dari polsek mulai menarik Misno untuk naik ke mobil Patroli. Melihat sikap tegas Bripka Soleh, Bu RT dan Sumini hanya termangu. Seperti merasakan adanya pertanda buruk, Surto mulai menangis. Melihat kakaknya menangis, Surti ikut menangis. Sumini jatuh pingsan, Bu RT tanpa sadar berteriak. Mendengar teriakan Bu RT, beberapa warga berupaya untuk masuk. “Minggir…, minggir…!” seru dua orang petugas piket sambil menarik tangan Misno untuk dinaikkan ke mobil Patroli. Mendengar seruan petugas piket itu, beberapa warga mulai mundur teratur.
“Bawa sini kunci mobil, kamu ikut ke kantor bareng petugas piket itu” bisik Bripka Soleh kepada Herman. Ketika salah seorang petugas kembali untuk mengangkut barang-barang yang ada, Bripka Soleh memerintahkannya untuk mengeluarkan beras dari karungnya. “Barang-barang ini setengahnya saja bawa ke Polsek, sisanya biar ditinggal di sini.” Perintah Bripka Soleh kepada petugas itu.
Setelah mobil berangkat membawa Misno ke kantor polsek, satu-persatu warga yang berkumpul mulai membubarkan diri sambil saling berbisik. Bripka Soleh tetap berada di rumah Misno sambil duduk menghampar di ruang tamu yang tak ada kursi tamu. Bu RT masih sibuk menyadarkan Sumini dibantu salah seorang tetangga. Hujan turun pelan-pelan, namun Bu RT tak hirau pada biji kopi yang dijemurnya. “Pak’e…” terdengar suara tertahan dari Sumini yang mulai siuman. Surto dan Surti duduk berdekapan di depan pintu kamar sambil menatap Bripka Soleh dengan perasaan cemas.
Melihat Sumini mulai siuman, Bripka Soleh beranjak dari duduknya. Ditariknya dompet dari saku belakang celana, ada beberapa lembar uang pecahan seratus ribu. “Bu RT, ini saya titip untuk Sumini.” Ujar Bripka Soleh sambil berlalu pergi. Sampai di depan pintu, Bripka Soleh mendengar Bu RT berkata penuh pengharapan: “Pak Soleh, tolong bantu Misno. Dia tidak sengaja mencuri…”
--------bersambung----------
#Muhammad yunus
No comments:
Post a Comment